Akal, Hawa dan Fuad

AKAL, HAWA dan FUAD (Bag. 1)

Summary Pengajian Rabu Ceria. Oleh Ust. Rusli Malik. dari laatahzan.wordpress.com

Manusia punya potensi untuk berbuat baik dan buruk.
Awal ketika melakukan sesuatu, akan selalu ada tarikan dari 2 arah yaitu baik dan buruk.
Kalau sudah terbiasa berbuat dosa -> akan lebih kuat tertarik ke arah maksiat
Kalau terbiasa berbuat baik -> pasti akan lebih tertarik ke arah kebaikan

Yang menentukan sesuatu hal yang kita lakukan tersebut salah atau benar adalah Obyek yang kita pilih.

Misal :
Pembunuhan dan penipuan.
Membunuh dan menipu itu bisa jadi tindakan yang baik ataupun buruk tergantung dari obyeknya. Karena sesungguhnya Allah menciptakan dorongan untuk bisa membunuh / menipu kepada manusia itu sebenarnya bertujuan baik, sebab dengan hal itulah manusia dapat bertahan hidup dan mempunyai peradaban, hanya tergantung kepada obyek/perlakuan yang dipilih oleh manusia tersebut.Contoh Pembunuhan dan penipuan yang baik :
- Membunuh itu baik jika obyeknya hewan yang hendak dimakan
- Algojo yang membunuh orang yang dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan
- Menipu binatang yang hendak disembelih agar lebih mudah ditangkap, dsb.

Tetapi jika pembunuhan dan penipuan tersebut mengakibatkan kesengsaraan terhadap orang lain, pembunuhan dan penipuan tsb merupakan tindakan yang buruk.

Jadi Baik dan Buruk itu -> merupakan output dari perilaku kita terhadap obyek yang dipilih.

Input -> Proses -> Output

Input : Panca Indera (mata -> penglihatan, telinga -> pendengaran)
Proses : Berlangsung dalam nafs (ada gambarnya euy————mungkin mba intan bisa tolong di-scan or diperbanyak fotocopy-nya untuk rabu depan J ya, thanks)
Output : Perbuatan baik / Perbuatan buruk

Didalam nafs/jiwa kita terdapat bagian2 :

Lingkaran pertama di dalam jiwa kita ada yang disebut shodr (rongga)
Dan di dalam shodr ada yang namanya Qalbu.
Nah—- didalam Qalbu ini ada lingkaran yang terdiri dari : AKAL, HAWA, FUAD

AKAL dan HAWA ini selalu berperang/bertentangan.
FUAD -> bisa baik/buruk tergantung siapa yang menang, AKAL atau HAWA.

Jika HAWA yang mendorong lebih dominant maka -> timbullah keinginan.
Perbuatan baik = AKAL >>> HAWA
Perbuatan buruk = AKAL <<< HAWA

Orang yang melakukan kejahatan tidak ada hubungannya dengan pendidikan, tetapi tergantung AKAL dan HAWAnya lebih dominant yang mana. Orang yang berpendidikan tinggi bahkan mungkin bisa berbuat kejahatan yang lebih besar jika AKALnya dikuasai oleh HAWA, mis. Tindakan korupsi, semena-mena, dsb. Orang yang terlalu memperturutkan HAWA dan tidak memperturutkan AKAL-nya -> akan masuk neraka.
So———- Kekanglah / Kontrol lah HAWA-mu.

Firman ALLAH dalam Surat Yunus : 100 :
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.”

Orang hanya bisa beriman jika akalnya bekerja.
Logikanya : Bagaimana bisa ada iman jika tidak tahu ilmunya. Jadi PENGETAHUAN dulu harus ada -> baru kemudian IMAN.
Jika tanpa menggunakan akal, pengetahuan dan pemahaman -> itu berarti DOKTRIN

AKAL inilah yang akan menjadi penyelamat kita dari api neraka.
Dalam Surat Al Mulk : 10 :
“Dan berkatalah penghuni neraka : Seandainya dulu ketika di dunia, kami mendengarkan dan menggunakan akal, kami tidak akan menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

#

AKAL, HAWA dan FUAD (Bag. 2)

Summary Pengajian Rabu Ceria ,9 Maret 2005

Pengajian minggu lalu masih sedikit membahas mengenai perselisihan yang terjadi diantara anak Adam yaitu Habil dan Qabil.

Dalam Surat Al Maidah (5) : 27 – dst dikisahkan tentang pembunuhan pertama dan besarnya malapetaka akibat pembunuhan, yaitu :

Bahwa terjadinya pembunuhan antara kedua anak adam adalah karena kurban Qabil yang tidak diterima Allah karena terlalu sedikit. Sehingga Qabil sakit hati dan ingin membunuh Habil karena kurban Habil diterima oleh Allah.

Pengertian Membunuh nafs -> tidak hanya membunuh secara fisik tetapi …..

Merusak mental seorang nafs dapat juga dikatakan membunuh nafs (dan hal inilah yang mungkin sering dilakukan oleh orang tanpa dia merasa berdosa), bahkan mungkin orang tua yang tidak siap mendidik anak juga bisa merusak nafs seorang anak, misal : membentak-bentak mereka sehingga membuat anak menjadi tidak percaya diri, takut, pemurung, dsb (mental dis-order).

Oleh karena itu, salah satu syarat menjadi orang tua adalah : HARUS SIAP MEMILIKI ANAK.

Jika kita amati, mungkin di lingkungan sekitar kita ada orang-orang yang mengalami mental dis-order. Dan janganlah orang2 tsb kita jauhi -> tetapi sebaiknya didekati, mungkin dia butuh curhat.

Trus Ustadz Rusli juga mengemukakan :

Jika kamu menceritakan atau membicarakan aib saudara-mu, sama dengan kamu memakan bangkainya (dosa-dosanya).

Jadi …….. kalo misalnya kita diceritakan orang (di-ghibah) -> Jangan Marah, malah seharusnya berterimakasih karena dosa2 kita dimakan olehnya / berpindah kepadanya.

Selanjutnya pembicaraan melanjutkan pembahasan mengenai AKAL ……

Akal merupakan software, dan Otak adalah hardware-nya.

CINTA, EMOSI dan RASA -> Bukan ada di hati tapi sebenarnya ada di otak.
Tapi hal ini belum umum di masyarakat, khususnya masy. Indonesia.
Karena masyarakat Indonesia umumnya lebih menggunakan hati (emosional) dibandingkan otak (rasional).

Contoh up to date : Kasus Ambalat dan Kekisruhan yang terjadi di DPR kemaren sore juga kali yaaaa J, Emosional lebih menang dari Rasional.

Fungsi Qalbu adalah : menggunakan AKAL, yaitu :
Faham -> memahami sesuatu ke dalam (hubungan Vertical antara satu fakta dengan fakta yang lain)
Logika -> hubungan sebab akibat (hub. Horizontal antar fakta)

Ayat yang berhubungan dengan kata faham : Al A’raf (7) : 179 (bisa dicari dilihat di tafsir Al qur’an).
Pemahaman -> merupakan kata kerja, yang berarti ada individu yang melakukan.
Pemahaman sangat tergantung pada objek dan niatnya.

Misal :
Einstein sangat pintar / jenius tetapi kenapa dia tidak bisa memahami Alqur’an ???

The answer :
Karena objek penelitian Einstein bukan Al qur’an dan niatnya memang tidak untuk memahami Al qur’an.

So…you choose the object that you want to understand by yourself J

Ilmu Tanpa Agama -> BUTA
Agama Tanpa Ilmu -> LUMPUH

Bisa dikatakan bahwa NASIB bermula dari pikiran.

Urut2annya :
Pikiran -> Tindakan -> Kebiasaan -> Karakter -> NASIB

Pikiran bekerja berdasarkan ilmu, dan ilmu berdasarkan sumber. Nah Sekarang…. Sumbernya ini yang juga perlu digarisbawahi, Siapa, Darimana atau Apa yang kita pilih untuk menjadi sumber ?????

Dalam Surat Al Hajj (22) : 46, dibahas tentang logika yaitu :
“ Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, maka bukankah di dalam diri mereka punya qalbu, yang dengan qalbu mereka menggunakan akalnya (tidak hanya emosi / perasaan). Atau bukankah mereka punya telinga …. dst.

Dalam pengajian ini juga dibahas mengenai fungsi AKAL yang kemudian dibahas lebih mendalam pada pengajian semalam.

To be continued..
Regards
-Jayanti-

#

AKAL, HAWA dan FUAD (Bag. 3)
Summary Pengajian Rabu Ceria, 16 Maret 2005

AKAL dikatakan berfungsi, jika : digunakan sesuai dengan hukum2nya / Prinsip2nya.

3 Prinsip AKAL :
1. Prinsip Kausalitatif
2. Prinsip Matematis
3. Prinsip Non-Kontradiktif

Prinsip Kausalitatif :
Prinsip ini merupakan bawaan atau fitrah manusia. Prinsip ini selalu ada dalam diri setiap orang dan tidak perlu diajarkan (common sense).
Misal : Pertanyaan2 yang kerap muncul secara reflek saat kita melihat suatu kejadian, ex.
Kenapa bisa jatuh ?? Kenapa Orang Meninggal ?? Kenapa dia menikah dengan orang lain padahal itu bukan pacarnya ??? dsb.
Dan seharusnya sifat ini diasah menjadi edukatif.
Common sense -> Educative sense

Prinsip Matematis :
Merupakan Logika yang dibilangkan dan prinsip yang bisa menyebabkan kemajuan.
Mengenai contohnya : Mungkin Mas Rizal lebih bisa menjelaskan :p

Prinsip Non-Kontradiktif :
Misalnya : Kita tidak bisa terima satu benda berada di tempat yang berbeda dalam waktu yang sama.
Setiap manusia dibekali oleh akal yang sama, yang berbeda adalah penerapan prinsip-prinsip akal yang digunakan.

Dan AKAL itu menghakimi sesuatu itu benar atau salah berdasarkan ke-3 prinsip hukum AKAL tersebut.
Otak sebagai hardware merupakan t4 akal.

Bagian-bagian otak :
Hypotalamus -> Fungsi reflek
Cortex -> adalah rasio : yang berpikir mengapa, kenapa (yang menggunakan hukum akal)
Lymbic system (di dalamnya terdapat syaraf lobus temporal, yang merasakan, misal : bahagia, sedih, senang).
Syaraf lobus temporal hanya bekerja pada saat2 tertentu, misal : pada saat seseorang diceritakan tentang kematian dan diingatkan akan Tuhannya, syaraf ini akan bergetar.
Berdasarkan penelitian inilah (oleh : Donna Zahar) menyimpulkan bahwa di lobus temporal inilah tempat Spiritual Quotien tinggal.

Kecerdasan IQ, EQ dan SQ -> tergantung pada aktivitas pelatihan yang dilakukan.
Seseorang baru bisa dikatakan cerdas apabila : IQ, EQ dan SQ-nya seimbang.
Dalam Al Quran dijelaskan :AKAL itu adalah sumber Intelektualitas, Emosional dan Spiritualitas.

-Jayanti-

#

Akal, HAWA dan FUAD (Bag.4)

Summary Pengajian Rabu Ceria, 23 Maret 2005

Hawa dapat diartikan :
- dorongan-dorongan (driving force untuk cenderung kepada sesuatu)
- menarik ke bawah (dalam Surat An Najm (53):1 -> hawa diartikan sebagai terbenam)
- dalam Surat Al Baqarah : 87 dan Al Maidah (5) : 70 dijelaskan bahwa hawa tidak sesuai keinginan / jiwa, maksudnya : selalu ingin diperturutkan.

Dalam Al Qur’an terdapat kata ILMU >< ZON (ket. >< = lawannya)

Ilmu —– sudah terbukti kebenarannya, sedangkan ZON ——- adalah prasangka. HAWA cenderung mengikuti ZON / prasangka. Misal : Jika kita tidak suka terhadap seseorang, pasti akan cenderung berprasangka atau menjauhi orang tersebut. Maka -> Kita harus mengikuti PETUNJUK agar tidak terlalu memperturutkan HAWA.Dalam Surat An Nazi’at (79) : 40, 41

dijelaskan : Bahwa orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya.

Puasa, merupakan salah satu cara Melatih Hawa.
HAWA dapat diibaratkan sebagai API.
API tidak bisa dihilangkan dalam kehidupan kita.
Begitu pula HAWA, HAWA sangat diperlukan dalam keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi ini, juga dalam peradabannya.

HAWA pada dasarnya merupakan sesuatu yang netral -> tergantung dorongan positif atau negatifnya yang lebih dominant.
Misal : Dorongan untuk makan, dorongan untuk meneruskan keturunan, dorongan untuk sukses, dll.

Dorongan yang ditimbulkan oleh HAWA bisa membawa kita ke arah kebaikan, tetapi bisa juga membawa ke arah keburukan.
Dorongan untuk makan -> Baik, karena manusia butuh makan untuk bertahan hidup, tetapi bisa jadi buruk, jika dilakukan pada saat yang tidak tepat (mis.sewaktu puasa,dsb), atau mengambil makanan orang lain tanpa izin yang punya, dll.

Dorongan dalam berhadapan dengan lawan jenis (nafsu ….) -> Baik, untuk terus berkembangnya generasi manusia dan jika pasangannya adalah suami / istrinya, tetapi bisa juga buruk, jika memperlakukan hal yang sama terhadap semua wanita/pria yang bukan muhrimnya.
Dan banyak lagi contoh lainnya ——————

Oleh karena itu yang harus diperhatikan adalah : AKAL harus lebih menang dari HAWA.
Jangan sampai HAWA menguasai AKAL.
Manusia yang HAWA-nya lebih dominant daripada AKAL dapat berperilaku seperti hewan.
Pembeda antara manusia dengan mahluk ciptaan Allah yang lain adalah AKAL-nya.

Regards
-Jayanti-