Muhammad dalam Al Quran

Memperingati Maulid Nabi 1425


Disampaikan oleh Ustadz Muhammad Rusli Malik, disalin oleh Lutfah Ariana, Intan KD, Doni SF. (kalo ada yang salah, salahin yg nyalin ya….) dari: laatahzan.wordpress.com/

Nabi Muhammad memiliki popularitas yang lebih tinggi daripada Yesus disebabkan oleh beberapa hal :
  1. Disebutkan di setiap waktu adzan
  2. disebutkan dalam dzikir dan atau sholawat kepada Nabi Muhammad
  3. Banyak orang Islam menggunakan nama ‘Muhammad’sebagai nama depannya
Namun bukan hal tersebut yang penting bagi kita. Kita akan mempelajari bagaimana Nabi Muhammad dalam Alqur’an.Ada yang berpendapat, Nabi Muhammad lahir dan meninggal pada bulan yang sama (Rabiul Awwal). Coba dicek lagi, apakah hari dan tanggalnya juga sama? Dalam komunitas Nahdatul Ulama, dikenal adanya tradisi Khaul, yaitu peringatan hari wafatnya para Kyai/ulama.
Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam beberapa surah berikut :

1. Surat Al-Fath (48) : ayat 29

Muhammad adalah utusan Allah
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoaanNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…..” (QS.48:29.terjemahan Al-Qur’an versi DEPAG).

1.1. Muhammad adalah utusan Allah

Muhammad sebagai Rasul Allah adalah sebagai subjek dan predikat dalam istilah Arabnya Mubtada’ dan Khobar.Ada 3 hal yang tidak terpisahkan untuk menjelaskan tentang ‘Muhammad adalah utusan Allah’, yaitu :
    1. Mursil : yang mengutus, yaitu Allah
    2. Risalah : yang dibawa oleh utusan tersebut, yaitu Al-Qur’an
    3. Rasul : utusan, yaitu Muhammad
Allah sebagai pengutus tidak terikat oleh materi ruang dan waktu, karena Allah yang menciptakan materi ruang dan waktu. Dia tidak mungkin terikat pada ciptaanNya.
Risalah yang berasal dari Allah (disebut sebagai kalimat-kalimatNya) juga tidak terikat oleh materi ruang dan waktu, sehingga risalah tersebut berlaku sepanjang masa secara universal. Rasul Allah, yaitu Muhammad. Apakah utusan tersebut terikat dengan materi ruang dan waktu? karena dia berbicara dengan Allah?

Menurut kepercayaan orang Nasrani, Yesus tidak terikat oleh materi ruang dan waktu, karena Yesus adalah utusan Tuhan, membawa injil dari Tuhan, mempunyai sifat-sifat ketuhanan, dan dianggap sebagai anak Tuhan. Hal yang demikian tidak diterima dalam Islam. Dalam Islam, Isa dan Muhammad hanyalah utusan Tuhan, Muhammad tidak sama dengan Tuhan. Isa bukan anak Tuhan. Bukankah anak akan sama dengan ibu dan ayahnya? Anak manusia adalah manusia, anak Tuhan adalah Tuhan, sedangkan Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan.

1.2. Keras/Tegas terhadap kekufuran

Banyak penerjemah menerjemahkan kata al-kuffar pada QS 48:29 tersebut diatas sebagai orang-orang kafir. Tetapi menurut ust. Rusli, kata al-kuffar sebenarnya bermakna kekufuran, jadi lebih menekankan pada perbuatan kufur, bukan pada orang-orang kafir. 

Pertanyaan

Intan : ustadz, pada kitab terjemahan ini, al-kuffar diartikan sebagai orang kafir. Bagaimana ustadz bisa memberi terjemahan yang berbeda? Ini terasa penting, karena ‘orang-orang kafir’ dan ‘kekufuran’ adalah dua hal yang berbeda.

Ustd. Rusli : Untuk menyebut ‘orang kafir’, Alquran pada ayat yang lain menggunakan kata Al-kafir. Silahkan melihat QS. 5 : 54.

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Pada QS. 48:29, Alqur’an menggunakan kata-kata: Asyiddaau ‘alaa al-kuffaar (keras terhadap kekufuran). Ayat tersebut dimaknai sebagai sikap keras terhadap segala perbuatan kufur, yaitu segala perbuatan yang mendistorsi lahirnya masyarakat adil dan sejahtera, atau dalam bahasa agama, perbuatan yang melanggar perintah Tuhan. Misalnya : narkoba berkeliaran dimana-mana, sehingga membuat orang cemas, orang mabuk mengganggu ketrentaman masyarakat, dsb. Pada QS. 5 : 54 Alqur’an menggunakan kata-kata:a’izzatin ‘ala al-kaafiriin (keras terhadap orang-orang kafir). A’izzatin berasal dari kata aziz, yaitu tegas, perkasa, atau keras dalam konotasi positif. Maka ‘keras terhadap orang-orang kafir’ dalam ayat tersebut menggambarkan sikap teguh pada prinsip, penuh harga diri, bermartabat, tidak lemah atau rendah diri terhadap orang-orang kafir, dan bukan dimaksudkan sebagai sikap yang kasar kepada orang-orang kafir. “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…..”bekas sujud itulah yang kita sebut sebagai inner beauty. Hilang semua yang negative dari dalam diri.

Kesimpulan : seorang muslim harus bersikap keras terhadap segala bentuk kekufuran, dan bersikap tegas namun tetap menjaga ahlaq terhadap orang-orang kafir. 

2. Surat Al-Kahfi (18) : ayat 110 

Muhammad adalah manusia biasa

Katakanlah kepada mereka “ Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, ‘Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa’. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia persekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya” (QS.18:110 versi Depag). 

Penggunaan kata “Qul” menandakan adanya opini atau persepsi akan sesuatu yang telah berkembang sebelumnya. Kata “Qul” digunakan untuk menanggapi atau membantah opini tersebut. Misalnya penggunaan kata ‘Qul’ pada QS. 112:1, yang merupakan bantahan terhadap persangkaan kaum kafir Quraisy bahwa Tuhan itu ada tiga, bahwa malaikat adalah anak-anak Tuhan. “katakanlah, ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa” (QS. 112 : 1)

Pada QS.18:110 diatas, kata “Qul” digunakan untuk menegaskan bahwa Muhammad adalah manusia biasa (lupa euy, apa ya, persepsi yang berkembang untuk Muhammad sebelumnya?). pada ayat tersebut Muhammad menyebut Ana (aku) untuk dirinya. Ini adalah satu-satunya ayat dimana Muhammad menyatakan dirinya dengan jelas, ‘aku’. Kata ‘Basyarun’ bermakna : manusia biasa, manusia yang sama secara biologis, genetic, psikis dengan manusia lain, manusia yang juga bisa sakit, terluka, berdarah, bersedih, menangis, menikah, berketurunan, mati, dan lain-lain.

Maka Muhammad tidak beda dengan manusia yang lain. Dengan kata lain, kita yang merupakan manusia biasa ini mempunyai potensi dan kesempatan untuk dekat dengan Allah sebagaimana kedekatan Muhammad, kita mempunyai potensi untuk meneladani Muhammad. So, jangan sering-sering bilang, ‘ah, itu kan nabi, sedangkan saya bukan nabi’ dalam rangka membela diri (ini tambahan dari gue:p).

Maka Muhammad juga terikat dengan materi ruang dan waktu. Artinya, walaupun Risalah yang dibawa Rasul jelas-jelas tidak terikat oleh materi ruang dan waktu, namun alat-alat untuk menerjemahkan risalah tersebut terikat oleh materi ruang dan waktu.
Sebagai contoh : ‘kebersihan’ tidak terikat oleh ruang dan waktu. Dimana dan sampai kapanpun, manusia akan mencintai kebersihan, dan perintah untuk menjaga kebersihan adalah abadi. Namun ‘menggunakan siwak sebagai alat kebersihan terikat oleh ruang dan waktu. Pada zaman sekarang kita dapat dan diperbolehkan untuk menggunakan benda lain sebagai pengganti siwak.
Contoh lain : ‘makanlah makanan yang halal dan baik (risalah) vs makan dengan 3 jari.
Contoh lain : ‘dilarang bersikap sombong’ (risalah) vs berpakaian diatas tumit.
Kesimpulan : yang harus diikuti secara mutlak adalah risalahNya, bukan penerjemahan terhadap risalah tersebut.


Sari : saya memperhatikan kalimat “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh…”, apakah itu berarti kita ada kemungkinan untuk dapat berjumpa dengan Allah?

Ustd. Rusli : Ya, tentu saja kita dapat berjumpa dengan Allah.

Farhan : bagaimana maksudnya? Berjumpa di dunia atau di akhirat?

Ustd. Rusli : di akhirat bisa, namun berjumpa di dunia juga bisa. Tetapi jangan salah memaknai, ‘berjumpa’ disini tidak sama dengan ‘melihat’. inti kebahagiaan itu ada pada berjumpa, bukan melihat.

Intan : kalau begitu, apa definisi ‘berjumpa’ disini?

Ustd. Rusli : berjumpa adalah menyatunya subjek dengan objek, menyatunya manusia dengan Tuhannya, kembalinya manusia pada Allah, pada asalnya. Ingat, manusia berasal dari Allah, Allah adalah sumber segala materi. Berjumpa tidak harus dengan menggunakan panca indra. Berbeda dengan melihat, ‘melihat’ membutuhkan panca indra, membutuhkan cahaya. Kita hanya dapat melihat benda-benda yang telah dikenai cahaya, kemudian memantulkan cahaya tersebut, sehingga terlihat oleh mata. Sdangkan Allah adalah cahaya diatas cahaya, manusia dapat berjumpa denganNya tanpa panca indra.

Sari : mungkin…, seperti yang digambarkan dengan ‘Allah sedekat urat lehermu sendiri?’

Ustd. Rusli : ya, kalimat itu menggambarkan betapa dekatnya Allah dengan manusia, bahkan tak berjarak, betapa Allah itu ada dimana-mana, bahkan ada di dalam diri kita sendiri. tidak ada tempat dimana Tuhan tidak terlibat.

Coba bayangkan saat ketika Allah masih sendirian, sebagai Yang Maha Terdahulu (Al Awal). Saat itu tidak ada satu zat-pun selain Allah itu sendiri. Kemudian Allah menciptakan alam semesta. Jangan berfikir ada zat lain yang dipakai Allah untuk meracik/menciptakan alam semesta, karena kalau sudah ada zat/bahan lain berarti Allah tidak sendirian, tidak sebagai Yang Maha Awal. Dan kenyataannya Allah menciptakan alam semesta ini termasuk manusia menggunakan sesuatu yang berasal dari Zat-Nya, merupakan bagian dari Zat-Nya!, tidak berasal dari luar Diri-Nya.Jadi hakikatnya Zat Allah meliputi seluruh alam semesta, ada pada setiap sel manusia. Makanya sampai ada sufi yang sudah memiliki tingkat keimanan dan kesadaran akan Allah yang tinggi sampai berujar “Saya ini Al Haq (Allah)”Jadi Allah Yang Maha Suci itu ada pada tangan kita, maka jangan kita kotori tangan kita dengan melakukan sesuatu yang dilarang Allah.

Farhan : siapakah yang dimaksudkan dengan ahlul bait (keluarga nabi)?

Ust. Rusli : umumnya yang dianggap sebagai ahlul bait adalah Ali bin Abi Thalib, Siti Fathimah, Imam Hasan dan Husein.

Rini : teman saya yang kristiani bertanya, mengapa kita umat Islam selalu mendoakan Nabi Muhammad, sedangkan umat kristiani tidak pernah mendoakan Yesus. Kemudian, menurutnya lagi, semua umat kristiani akan masuk surga, karena dosa mereka telah ditebus oleh Yesus. Bagaimana menurut Ustadz?

Ust. Rusli : kita tidak mendoakan Nabi Muhammad, yang ada, kita bershalawat kepadanya. Nabi Muhammad sesungguhnya tidak memerlukan do’a kita, sebaliknya kita bershalawat kepadanya demi kebaikan kita sendiri.Untuk pertanyaan kedua, itu hampir sama dengan pendapat sebagain orang islam yang mengatakan bahwa semua orang islam akan masuk surga. Saya pikir hal tersebut tidak sesuai dengan sifat keadilan Tuhan.

3. Surat Al-Ahzab (33) : ayat 21

Suri teladan yang baik 

sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu ) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. “ (QS. 33:21, versi DEPAG) 

mari kita perhatikan bahwa Alqur’an mengunakan kata Rasulullah pada ayat diatas, bukan kata Muhammad. Artinya, yang harus kita teladani adalah perbuatan-perbuatan keRasulannya yang tidak terikat oleh materi ruang dan waktu, bukan perbuatan Muhammad sebagai manusia biasa yang terikat oleh materi ruang dan waktu . Sebagai contoh : Nabi Muhammad suka memberi, tidak menyakiti orang dengan lidahnya, bersikap baik pada kawan maupun yang memusuhinya, dan lain sebagainya. Kebaikan Beliau itu bersifat universal, berlaku di semua tempat, sepanjang masa, dan sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Tetapi cara Beliau berpakaian, menyikat gigi, kendaraan yang belian pakai, itu adalah hal-hal yang tidak mutlak diikuti (sekali lagi, karena terikat oleh materi ruang dan waktu). Muhammad sebagai Rasul, pembawa Risalah, yang bernilai universal, dapat diikuti oleh semua manusia, namun Muhammad sebagai manusia biasa tidak seluruhnya dapat kita ikuti. Lalu, apa yang sesungguhnya yang paling utama untuk kita teladani dari rasulullah? Mari kita lihat ayat berikutnya : 

4. Surat Al-Qalam (68) : ayat 4


Berahlaq mulia 

dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. 68 : 4, versi DEPAG)


Nabi Muhammad dipuji karena akhlaknya “ Sesungguhnya kamu Muhammad benar-benar berada/memiliki akhlak yang sangat mulia”Akhlak adalah hal yang paling penting. Karena akhlak inilah Nabi mendapat gelar Al-Amin (orang yang terpercaya)

Suatu hadist menyebutkan :

Bu’itstu li utammima makarimal akhlaq” 

Saya datang dalam menyempurnakan akhlak.Akhlak bisa meliputi akhlak kepada dirinya sendiri, istri, anak, tetangga, bahkan kepada musuhnya (terlihat dalam berperang)

Dari hal tersebut Nabi Muhammad bisa diteladani. Penting! “Jangan sampai menyakiti perasaan orang lain. Bersihkan pikiran, hati dan perbuatan, sehingga terpancarlah inner beauty, yaitu dengan cara berdzikir untuk membersihkan diri. Kalau orang tidak suka dekat dengan kita berarti ada sesuatu yang busuk dalam diri kita. Kalau kita berprasangka buruk/negative berarti kita telah menyimpan bangkai di dalam diri kita (hadits: kita memakan bangkai saudara kita…) 

Bercanda diperbolehkan asalkan tidak boleh berbohong dan terukur agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Hilangkan kebohongan.Tidak ada manfaatnya menyimpan benci dan dendam. Hanya menghabiskan energi positif kita saja. Karena marah, benci menguras energi paling banyak, sehingga tidak ada gunanya.Baik juga kalau kita berlatih membuang hal negative dari diri kita, misal dengan membuat check list setiap hari.
# 

Seputar Falsafah Kenabian
http://laatahzan.wordpress.com/2008/05/08/seputar-falsafah-kenabian/

dirangkum dari Kajian Rhaudah, Ustad Bagir, 04/05/2008
disalin oleh Elin

Apa sih hakikat wahyu yang diturunkan kepada Nabi?

Apakah hakikat wahyu? Wahyu berasal dari Tuhan yang diturunkan kepada Nabi berisi tentang hakikat-hakikat ke-Tuhan-an (divine realities / al haqoiq illahiyyah) dan hal-hal yang mengutuhkan eksistensi manusia. Oleh karena itu, kehadiran Nabi di dunia menjadi wajib adanya (the necessity of prophethood), sebagai bentuk ke-maha adilan-Nya. Karena tanpa ada hal ini manusia tidak bisa hidup dan eksis secara total sebagai manusia sesungguhnya (kebutuhan primer manusia).

Bagaimana sih wahyu diturunkan?

Nabi menerima wahyu secara spiritual ke dalam qalbu-nya (wa nazzala fiihi ruhul amin ‘ala qalbika), sedemikian divine realities ini (hakikat-hakikat illahiyyah) ini dimanifestasikan/di’tajalli’kan dalam level ruhani bukan fisik. Oleh karena itu, manusia lain tidak dapat mengetahui atau mendeteksi proses turunnya wahyu tersebut, karena qalbu bersifat sangat pribadi.

Bagaimana cara meng-identifikasi Nabi / penerima wahyu?

Salah satu cara untuk membuktikan kenabian seseorang itu adalah mukjizat (fauqul ‘adah). Pertanyaan berikutnya adalah apakah hakikat mukjizat itu? Fauq (diatas/beyond) al ‘adah (adat/kebiasaan). Jadi secara literal mukjizat adalah sesuatu yang diluar kebiasaan. Muncul lagi pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan biasa? Bagaimankah konsep diluar kebiasaan ini sebenarnya agar bisa didefinisikan sebagai mukjizat. Nabi Sholeh mukjizatnya ‘unta keluar dari batu’, itu adalah salah satu contoh fauqul ‘adah. Dalam teologi fauqul ‘adah itu:

1- No precedent (sebelumnya tidak ada orang yang pernah melakukan hal itu/ke belakang).

2- No repetition (di masa depan tidak akan ada orang yang melakukan hal yang sama/ tidak terulang).

3- No learning process (tidak ada proses belajar, tidak bisa dipelajari).

Jadi secara singkat, mukjizat adalah hal-hal yang diluar kebiasaan, belum pernah ada yang melakukannya dan tidak akan ada yang mampu mengulangi serta tanpa proses relajar. Contoh mukjizat Nabi Muhammad Saw adalah Al Qur’an, membelah saqul qamar (bulan); bisa dibuktikan bahwa dua-duanya adalah mukjizat. Dua hal tersebut tidak pernah ada yang melakukannya, tidak akan terulang dan tanpa melalui proses belajar.

Lebih jelas lagi tentang mukjizat?

Secara jenis, mukjizat terbagi dua:

1- Mukjizat qauli (transmitif, ilmiah,disampaikan lisan); Contohnya Al Qur’an. Bahasanya yang sangat istimewa. Sebagian ada yang menyebut bahwa yang menyebabkan Al Qur’an dikatakan sebagai mukjizat adalah karena Tuhan berbicara dalam bahasa manusia (pembicaraan Tuhan dalam bahasa manusia). Mukjizat qauli adalah bukti untuk orang-orang intelektual (karena orang intelektual tidak gampang di permainkan dengan hal-hal bersifat luar biasa dari segi perbuatan).

2- Mukjizat fi’li (perbuatan yang dilakukan); seperti mukjizatnya Nabi Sholeh dimana unta keluar dari batu, Nabi Musa dimana lautan terbelah. Nabi Muhammad Saw yang membelah bulan. Ini adalah bukti untuk orang-orang awam. Terjadinya sekali, sekedar untuk membuktikan kenabian beliau. Nabi tidak menginginkan seseorang beriman hanya karena melihat hal yang luar biasa saja.

Bagaimana sikap kita jika ada orang yang mengaku sebagai Nabi?

Jadi jika ada seseorang mengaku sebagai Nabi kita tinggal tanya dia untuk membuktikan mukjizat fi’li dan qauli-nya. Pada zaman Nabi banyak yang mengaku sebagai Nabi. Ada diantaranya seorang yang mengaku sebagai Nabi, kemudian Nabi Muhammad Saw meminta dia untuk menunjukkan mukjizat fi’li nya dengan menaikkan permukaan air sungai. Tapi ternyata dia tidak mampu, yang ada malah permukaan air sungainya turun. Nabi pada saat itu tidak berbuat apa-apa lagi, karena terbukti dengan sendirinya kalau dia bukanlah Nabi. Tapi Nabi tidak pernah menyatakan bahwa “darahnya halal” karena itu, atau rumahnya boleh dirusak (seperti yang dilakukan segelintir orang atau golongan di negeri ini). Nabi tidak pernah mengajarkan kita untuk agresif, karena menentukan kebenaran itu tidak boleh agresif. Karena apa? Karena ada ‘lakum diinukum waliyadin’. Tidak mungkin ada ayat ini jika kita dituntut untuk agresif. Sekali lagi islam itu rahmatan lil’alamin, tidak mengenal sikap agresif dan main hakim sendiri.