Tentang Pohon

Kumpulan tulisan Gobind Vashdev favorit saya.

TENTANG POHON

Oleh: Gobind Vashdev

Hari Sabtu ini sungguh istimewa, selain hari Raya Saraswati yaitu hari turunnya ilmu pengetahuan, juga diperingati sebagai hari menanam pohon.

Seolah alam ingin berbicara agar di tahun terpanas sepanjang sejarah ini kita semua mau membungkuk dan dengan tangan terbuka belajar ilmu dan kebijaksanaan dari pohon.

Para ilmuwan dan mereka yang ahli dalam kitab suci sepakat bahwa tumbuhan sudah ada dahulu, jauh sebelum manusia hadir di planet ini.

Dalam bahasa lain, mereka adalah saudara tua yang telah lebih banyak pengalamannya, untuk itu selayaknyalah kita belajar darinya.

Pak Gede Prama sering mengulang kalimat "Pohon adalah seperti pertapa Agung yang bertumbuh ke arah cahaya dengan keikhlasan sempurna."

Tidaklah berlebihan ungkapan di atas, mengingat begitu pentingnya peran-Nya dalam kehidupan ini.

Seluruh hidupnya seolah di dedikasikan untuk kebaikan semua makhluk.
Ketika buahnya mulai masak, ia membiarkan tangkainya menjadi lunak, agar gampang dipetik.
Tatkala musim kering datang ia mengugurkan daunnya agar tidak terlalu banyak mengambil air.

Pohon adalah makhluk yang mungkin paling mengerti hukum konsekwensi, hukum tabur tuai, atau hukum keseimbangan, mereka langsung mempraktekkannya tanpa bicara apalagi pamer.

Betul, Pohon memang memerlukan air namun kita perlu ingat ia juga menampung air agar tidak banjir.
Ia memerlukan tanah tapi akarnya berperan mengikat tanah agar tidak longsor.

Oksigen yang ia perlukan di malam hari ia kembalikan di pagi hari.
Ia memerlukan panas dari matahari tapi ia memberikan keteduhan.
Pohon memerlukan nutrisi dari tanah dan ia membalasnya dengan daun, bunga yang jatuh.

Lebih dari itu pohon memberikan rumah dan kehidupan bagi satwa besar dan kecil yang tak terhitung jumlahnya.

Ia mampu mentransformasi air hujan, tanah dan panas matahari menjadi sayur yang bergizi dan buah yang manis dan berenergi.

Saya yakin ada jutaan ilmu dan kebijaksanaan dari pohon yang tak tertangkap oleh Indra dan pikiran yang sangat terbatas ini, untuk itu ada baiknya kita menghormatinya layaknya seorang Guru kehidupan.

Deep bow
_/|\_

TATKALA KU MENGINAP DI HOTEL

Oleh: Gobind Vashdev

Ketika yg tersedia 4 handuk, yang akan saya pilih untuk badan yang langsing ini adalah yang kecil.
Peralatan mandi, bahkan sabun tak tersentuh.

Air panas tidak terpakai sama sekali, memakai air juga sangat sedikit.
Tissue hampir tak pernah terpakai.
Saya lebih baik mengisi ulang melalui galon yang ada di resto hotel daripada memboroskan Botol plastik sekali pakai yang sampahnya mebebani bumi beratus tahun.

AC selalu dalam keadaan off, dirumah tidak punya ac juga dan menurut saya tidur berkeringat lebih sehat daripada tidur kedinginan.
Waktu tidur semua lampu mati agar lebih nyenyak.

Kalau lantai kamar tidak terlalu tinggi dan tidak bawa barang, saya memilih menggerakan kaki naik dan turun tangga.

Breakfast yang disantap yang paling sedikit olahannya dan tentu paling jarang dilirik orang.
Dan masih banyak lagi hal kecil yang tak teringat.

Tentu tidak salah bagi siapa saja memilih untuk memanfaatkan semua kemewahan yang disediakan hotel.
Ini hanya masalah perbedaann definisi saja.

Bagi saya mewah adalah ketika saya
mampu mencintai Ibu Bumi ini, yaitu
dengan cara berkontribusi lebih sedikit pada penggunaan energi, menjadi pelit dalam menggunakan plastik, atau bahan kimia yang membebani Bumi,
Serta bersyukur mendapat pengalaman hidup di dunia dengan anugerah tubuh manusia lengkap dengan pikiran dan hati.

_/|\_

PERLUKAH MENGGANTI BAJU SETIAP HARI?

Oleh: Gobind Vashdev

Selasa dan hari rabu kemarin saya belajar tentang life coaching, sebuah ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan yang dipandu oleh Bu Ely Susanti, seorang life coach yang pengalaman dan kemampuannya luar biasa.

Di kesempatan dua hari itu saya menggunakan kaos dan celana yang sama.

Weekend kemarin juga begitu, ketika hari sabtu berbagi di Bali dan Minggu di Bandung, baju dan celana yang sama saya gunakan (jangan tanya celana dala][ama tidak ya :)))

Saya menjelaskan, bahwa pakaian yang saya gunakan ini tidak ada noda dan tidak beraroma, namun seorang peserta di Bandung meyakini bahwa pakaian kalau sudah dipakai seharian pasti bau karena keringat.

"Pernah ngga Anda menemukan orang yang mandi 2 kali sehari dan tetap bau?"
"Pernah" jawab peserta.
Begitupula sebaliknya, saya menemukan orang-orang yang berpeluh keringat namun tidak tercium aroma apapun.

Saya menjelaskan bahwa keringat tidak mempunyai bau, bakteri yang ada di kulitlah yang menyebabkan aroma tidak sedap itu.
Ketika kulit lembab karena keringat, bakteri berkembang.

Dan Ibu Delle, seorang peserta saat itu yang berprofesi sebagai dokter spesialis menambahkan bahwa bakteri yang ada di kulit seseorang identik dengan bakteri yang ada di ususnya.
Dengan kata lain bahwa apa yang kita makan sedikit banyak berpengaruh pada aroma tubuh yang menyebar.

Dua hari kemarin dalam kelas life coach saya mendapat banyak pencerahan tentang bagaimana cara mendengar dan bertanya yang tepat, memang selama ini dua hal itu selalu saya lakukan bila saya sendiri dan asyik dengan lamunan namun kali ini saya mendapatkan cara yang lebih mudah dan efektif.

Sekarang saya ingin mengajak para sahabat menengok lebih dalam, mendengar dan bertanya "apa yang membuat kita mengganti baju setiap hari, bahkan berkali-kali, bahkan ketika baju terlihat masih bersih dan tidak berbau?"

"Dari manakah ide bahwa kita perlu mengganti baju setiap hari?"

"Apa faktor-faktor yang membuat saya perlu mempertahankan atau mengganti pakaian?"

"Setelah seharian menggunakannya, apabila masih bersih dan tidak bau keringat, apakah saya tetap akan menggunakannya?"

"Tatkala mengganti pakaian, apakah saya melihat, mencium dan berpikir dengan sadar atau melakukannya secara spontan?"

Pertanyaan-pertanyaan yang terdengar sepele seperti ini bila ditambahkan renungan akan membawa kita pada pemahaman atau kesadaran baru tentang banyak hal yang kita lakukan di kehidupan ini.

Saya mendengar begitu banyak keluhan yang terlontar dalam keseharian di sekitar, tentang beratnya hidup di jaman ini, terutama dalam sisi memenuhi kebutuhan hidup.
Mereka yang mengeluh menyebut semua ini adalah tuntutan hidup, namun saya mengatakan bahwa hidup tidak pernah menuntut apa-apa, kitalah yang menginginkan banyak hal sehingga kita mati-matian ingin menggenapi semua keinginan kita.

Dahulu manusia tidak butuh sabun, shampoo atau pasta gigi, hari ini ada sabun tangan, muka, badan, bahkan sabun kemaluan.
Untuk rambut, shampoo, kondisioner, tonik, serum dan lain-lain, Untuk mulut, pasta, cairan pencuci mulut, semprotan pengharum mulut, benang pembersih dan lain-lain.
Dulu mencuci baju menggunakan lerak, sekarang, detergen, ditambah pelembut, pewangi, pelicin dan lain-lain belum lagi tisue, pembalut, popok yang sekali pakai dan dibuang.

Sadarkah kita bahwa semua hal di atas itu bukan hanya membebani bumi tapi juga berpengaruh besar pada kelangsungan hidup anak cucu kita?

Seringkali dalam hidup, tanpa sadar kita digerakkan oleh lingkungan dan utamanya media untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan kita yang alami dan bersahaja menjadi tergantung pada produk dan jasa.
Mirip seperti pulsa dan ojek online dimana kita dibuat mudah dan murah awalnya, sampai kita terbiasa dan menganggap itu adalah sebuah kebutuhan yang tak bisa terhindarkan.

Kembali ke pakaian,
"Apakah nilai diri saya akan berkurang ketika saya menggunakan baju yang sama?"

"Apa yang saya rasakan ketika saya memutuskan menggunakan pakaian yang sama dan bertemu orang yang sama?"

"Bila saya tidak nyaman, bagian diri mana yang terganggu?"

"Apakah saya akan mengabaikan saja dan kembali kepada kehidupan sebelumnya seperti yang dilakukan banyak orang atau menghadapi perasaan terganggu ini untuk meberdayakan diri saya?"

Semua terserah pada Anda.
Saran saya, tidak perlu memaksa, biarlah kesadaran bersama alam semesta menuntun diri secara alami

_/|\_

INILAH MASALAH BESAR PADA 'orang besar' & MASALAH PENTING PADA 'Orang penting'

Oleh: Gobind Vashdev

Semakin seseorang merasa dirinya hebat, penting, atau kaya, biasanya ekspektasi besar juga mengiringinya.
mulai dari rasa makanan, fasilitas yang ada juga sikap yang ingin dihormati dan dihargai.

Saya selalu ingat point pertama dari 10 point yang diberikan dalam kelas basic Kriya Yoga Art of Living yang berbunyi ‘Expectations Reduce the Joy’
'Ekspektasi Mengurangi Sukacita'

Berkebalikan dengan kelas-kelas motivasi juga kelas di sekolah bahwa kita diminta berusaha mencapai keinginan-keinginan kita.
Seolah hidup harus mempunyai tujuan berupa materi tertentu, gelar tertentu, posisi tertentu dan kita belajar dan bekerja di kehidupan ini adalah untuk menggapainya.

Kita telah lama melupakan bahwa yang kita cari adalah kebahagiaan, kedamaian hati.

Saya masih mengingatnya, ketika bertahun-tahun tidak memegang rupiah, makanan apapun yang tersedia didepan, saya melahapnya dengan rasa enak dan syukur, sekarang ketika perut lapar, pikiran langsung membelah kebeberapa pilihan, muncul gambar makanan di resto ini dan itu.

Sepuluh tahun lalu, bila saldo di tabungan berjumlah 3 juta, rasanya sudah menjadi orang kaya, bisa kemana-mana dan beli apa saja, sekarang ketika saldo kurang dari 10 juta rasa was-was berkunjung.

Dulu tidur dimana saja ok, mau di karpet, tikar atau papan ayo-ayo saja, sekarang ketika di undang menjadi pembicara, ekspektasi besar sering menyelinap.

Tentu secara naluri manusia berusaha meghilangkan ketidaknyaman yang hadir, namun menariknya kita menghilangkannya dengan cara meraihnya bukan dengan menerima apa yang tersedia.

Kita berusaha, bekerja mati-matian untuk mencapai keinginan kita, pepatah 'hari ini harus lebih baik dari hari kemarin' sering diterjemahkan bahwa kita harus berusaha hidup di standar yang lebih tinggi setiap saatnya.

Kita tidak perduli bahkan tidak terpikir bahwa kemewahan yang kita inginkan itu ditopang oleh bumi yang sudah semakin berat, dengan kata lain tambang dikeruk, hutan dibabat, tanah dieksploitasi untuk keinginan-keinginan kita yang tak pernah ada batasnya.

Kita tidak berusaha sebaliknya dan menyadari bahwa semua yang kita inginkan adalah ilusi, adalah EGO.
Keinginan untuk dipuji, dihormati, diterima, dihargai dan sejenisnya adalah CANDU yang menggrogoti jiwa kita.
Sementara pemikiran bahwa diri akan merasa aman bila mempunyai saldo tinggi, rumah sendiri adalah asumsi yang tidaklah valid.

Orang yang hebat adalah orang tidak memerlukan lagi penerimaan, penghargaan dan semua candu dari luar.
Orang kaya adalah orang yang telah terpenuhi semua keinginanya, mereka yang masih mempunyai keinginan, tak perduli berapa harta yang dimiliki, masihlah miskin.
Orang penting adalah orang yang sadar bahwa hal terpenting di dunia ini adalah mengenal dirinya sejatinya

Masalah manusia adalah di dalam dirinya, kurangi bermain keluar.
Ketakutan, kecemasan ada di dalam, mari masuk dan sadari bahwa Kebahagiaan yang kita inginkan tidak mungkin diraih dengan jalan pencapaian namun penerimaan.

_/|\_