Berjihad

Oleh: Danarto, dalam Gerak-gerik Allah: Sejumput Hikmah Spiritual. Bab IV Kehidupan, Kemanusiaan, dan Obsesi Diri. Risalah Gusti, 1996)

Orang yang mengusahakan bantuan bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah, ibarat sholat malam yang tidak pernah jenuh, dan ibarat berpuasa yang tidak pernah berbuka. -- Nabi Muhammad Saw. 

Justru di tanah air kita ini kesempatan untuk berjihad di jalan Allah besar sekali. Jika kita mau bergerak sedikit saja, sudah memiliki kemampuan menolong orang lain yang cukup memadai. Seperti hadits riwayat Bukhari di atas, mengingatkan kita akan begitu banyaknya saudara-saudara kita yang butuh pertolongan. Banyak sekali janda dan orang miskin yang setiap saat dapat bertambah jumlahnya, dan sangat membutuhkan bantuan kita. Pertolongan sekecil apa pun, sangat berarti bagi para janda dan orang miskin itu. Rasulullah sangat memprihatinkan keadaan para janda yang ditinggalpara suami mereka yang gugur dalam peperangan membela Rasul Allah. Keadaan itu lalu bertambah rumit dengan hadirnya orang-orang miskin akibat peperangan itu juga.

Di tanah air kita dewasa ini juga sedang berkobar suatu peperangan. Suatu perang yang dahsyat yang melibatkan lebih dari 27.000.000 orang.

Itulah perang melawan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan penindasan. Ibarat perang suci, karena perang yang kita canangkan untuk menolong saudara-saudara kita sendiri, yang berada di tanah air kita sendiri, yang bertetangga dengan kita sendiri, yang jumlahnya puluhan juta orang itu. mampukah kita mengentaskan saudara-saudara kita yang masih berada di bawah garis kemiskinan itu? Ini suatu perang yang memakan waktu yang lama sekali. Barangkali tidak cukup dalam satu generasi. Karena inilah perang yang melibatkan banyak pemimpin dan banyak rakyat dari berbagai lapisan, juga berbagai banyak strategi yang selalu berubah.

Setiap hari, masya Allah, kita dihadapkan para janda dan orang-orang miskin itu. Jihad yang kita lakukan sebenarnya ibarat menghadirkan surga: menolong yang miskin dan menolong diri kita sendiri sebagai pemberi bantuan. makin banyak menolong sesama, makin cemerlang penampilan kita. Ringan, bersih, dan sehat, barangkali seperti itu kehadiran kita karena melaksanakan suatu jihad yang terus-menerus itu. Ibarat disinari suatu cahaya yang diberikan Tuhan sendiri.