Filsafat: Dari Timur Kembali ke Timur

Dikumpulkan dari status dan komen FB Prof Mulyadhi Kartanegara:

Dalam waktu hanya 6 bulan saja, filosof kita Ibnu Sina menulis sebuah buku dimana ia menyelesaikan 28 000 maslah filsafat yang sedang menjadi perdebatan. Dan itu berarti satu hari ia menulis lebih dari 150 solusi terhadap isus-isu filsafat. Sedangkan kita kadang 6 bulan berlalu tanpa menulis apalagi menyelesaikan satu saja masalah hidup kita. Apakah ia manusiaseperti kita, atau manusia jenis lain? Tapi aku percaya bahwa dia adalah manusia seperti kita juga, diberikan Tuhan dengan potensi yang sama, dan bahkan rentang waktu yang sama. Perbedaannya adlah ia sadar dan menyadari akan potensinya, dan berhasil mengelola waktunya dengan sangat efisien dan dengan rencananya yang sistematis. Aku sungguh merindukan lahirnya ibnu sina-ibnu sina baru di negeri kita tercinta ini.

Bayangkan saja buku yang menyelsai 28.000 masalah yang diberi julul kitab al-inshaf, hanya satu di atara 220 karya Ibn Sina, sedangkan al-asyifa sendiri adalah sebanyak 6300 halaman. Belum lagi al-Qanun yang 5 jilid dsb,

*

Kupikir tadnya Ibn Haytham hanyalah ahlinfisika dengan optik sebagai spesialisasinya. Ternyata dia adalah sarjana yang menulis di bidang-bidang yang lainnya... Logika, teologia, metafisika, etika, dan menuangkan semuanya itu dalam tiga kelompok karya, yang jumlahnya, yang tercatat, 196, dan aku yakin masih banyak yang tidak dicatat. Ia sezaman dengan ibn Sina dan Al-Biruni, manusia-manusia hebat di bidang ilmu pengetahuan yang lahir di abad gemilang, abad kesebelas masehi, persisnya 1 milenium yang lalu. Bisakah abad keduapuluh satu menghasilkan manusia-manusia seperti itu? Itulah harapan kita...

Kitab al-Manazir karangan Ibn haytham sudah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris the optik of Ib haytham, tapi baru tiga jilid dari tujuh jilid. Dimperpustakaan saya ada. Demikian juga buku Fisika 1+ 2 dari al-Syifa ibn sina sudah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris. Dan saya punya kopinya. Nah orang seperti gus Pur yang kompeten membacanya...

Sebenarnya masih banyak yang bisa kita timba dari tokoh klasik musli. Misalanya kalau kita bicara ibn sina, biasanya ibn sina sebagai filosof dengan teori-tioeri dan metode filosofisnya. Tapi kitabtidak pernah belajar ibn Sina sebagai ahli kedokteran, apalagi mempelajari teori dan metode medisnya. Belum lagi dia juga ahli fisika, dan kita tidak mempelajari teori-teori fisika dan metodenya. Kita juga tahu ia ahli astronomi, tapimpernahkan kita memoelajari teoridan metode astronomisnya. Dan sebagainya?

Insya Allah besok saya akan kirimimkan beberapa lembar dari fisika Ibn Sina, melalui fb, karena kalau dikirim akan terlalu lama. Tapi ilmuwan sekaliber Gus Pur seharusnya juga aktif mencari sumber-sumber islam. Bisa diperoleh online, misalnya amazon. Universitas Young brigham Provo utah sudah menerjemahkan banyak karya otentik sarjana muslim, termasuk fisika Ibn Sina. Sayapun kalau ga mencarai ga dapat. Saya akan kirimkan pertama daftar isinya, kedua beberapa halaman isinya, karena kalau semua Qlebih dari seribu halaman, terjemahan dan teks arabanya. Tolong ditunggu karena bukunya saya simpan di kantor.

Menurut al-Amiri, banyak tokoh yang dijadikan guru oleh orang yunani memiliki tradisi kenabian. Misalnya Hermes agung, tak lain daripada nabi Idris. Sedangkan Empedokles, salah satu pendiri fiksaaft yunani, belajar dari Lukman al-hakim, dan Pythagoras, dikatakan belajar dati sahabat-sahabat nabi Sulaiman. Jadi walaupun mereka bukan nabi tapi terkait erat dengan tradisi kenabian,

Bagi para filosof Muslim kebenaran itu universal bukan menjadi milik sebuah bangsa. Bukankah Yunani juga mengambil sumbernya dari dunia Timur (siria mesir dan Irak), dan orang-orang Islam boleh mengambilnya dari mana saja. yunani, india, Persia dan Cina. Kata al-Kindi, kebenaran darimnapun asalnya patut kita terima karena tak ada yang kebih dicintai oleh para pencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri.

*
Saya ingin mengutip pandangan Ibnu Taimiyah dalam kitab Dar'u Ta'aarudhil Aql wan Naql 8/79-80, pemuka filsafat seperti Phitagoras, Socrates, dan Plato pergi ke kota Syam, mereka mempelajari al hikmah dari luqman dan para sahabat Daud dan Sulaiman.

Dalam bukunya al-Amad alaa al-Abad al-Amiri menyebutkan bahwa Empedocles, bukan Pythagoras atau Socreates yang belajar kepada Lukman al-Hakim, dan karena itu ia juga digelari titel hakim, sang filosof. adapun Pythagoras, belajar geometri di Mesir, tapi belajat metafisika (al-'ilm al-ilahi) dengan sahabat Nabi sulayman. adapun Socrates belajar dari Pythagoras, dan plato belajar dari Socrates, sementara Aristoteles belajar dari Plato.

bahkan dikatakan bahwa Hermes yang hidup jauh sebelum masa para filosof besar Yunani, tak lain daripada nabi Idris, yang dalam tradisi Yahudi disebut Enoch. jadi filsafat Yunani sebenarnya juga memiliki akar tradisi kenabian yang diakui oleh Muslim, sekalipun mendahului nabi kita Muhammad.

menarik untuk menyimak, dalam buku Mukhtashar siwan al-hikmah, Plato yang hidup 400 tahuin sebelum Nabi Isa, dilaporkan mengatakan, "bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkan aman dari kematian, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok. sedangkan sebelumya kita pernah mendengar Nabi Mughammad bersabda, "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan enagkau akan mati besok. apakah ini pertanda adanya pengaruh Plato terhadap Nabi? dan dilihat dari masanya enggak mungkin pengaruh nabi Muhammad kepada Plato.. wallahu al'lam.

*
Yang ini  dari status FB Kamerad Darmawan Sepriyosa Asli

Ada petikan menarik dari filsuf besar Soren Kierkegaard. ”Tak terhitung jumlah generasi yang tahu kisah Ibrahim; tapi berapa banyak yang tidak bisa tidur karenanya?” Tak bisa tidur karena bagaimanapun tak lazimnya cerita itu, itu tetap kisah seorang manusia, makhluk yang penuh getir, gentar dan melankoli. Ibrahim, sang manusia itu, tentu saja tetap gemetar, gentar, dan setiap langkahnya menuju tempat penyembelihan itu, adalah sekian ratus simpang jalan pilihan.

Lalu kita tahu, apa pilihan Ibrahim. Itu yang membuat Kierkegaard menggambarkan iman Ibrahim sebagai sesuatu yang melampaui nilai kebaikan yang universal. Tindakan di Bukit Muria itu tak dapat dibenarkan oleh nilai dan hukum apa pun. Berbeda dengan Agamemnon yang mengorbankan putri terkasihnya Iphigenia di altar Artemis yang didasari ambisi kekuasaan, tindakan Ibrahim sepenuhnya karena ia menaruh kepercayaan mutlak atas Tuhan. Kierkegaard, karena itu menyebut Ibrahim ksatria iman.

Lalu di momen itu pun ada keyakinan dan ikhlas. Keikhlasan seorang anak, yang percaya bahwa ayahnya mencintainya. Lihat petikan Alquran saat Ismail bicara,” ..telungkupkan wajahku....sebab aku khawatir, bila ayah melihat wajahku, rasa belas akan merasuki ayah dan batal melaksanakan titah Allah.”

Rembrant pernah melukiskan momen keikhlasan sang anak itu dalam karyanya di tahun 1635, beberapa bulan setelah kematian anaknya. Sejarah kuno itu mengajari kita tentang agungnya makna ikhlas. Tentang Ibrahim yang tak pernah bertanya, mengapa Tuhan harus menguji keimanannnya, sementara bukankah IA Sang Maha Tahu?

*


Filsafat Barat dan Timur (Richadiana Kartakusuma)

Filsafat Barat dan Filsafat Timur tampak amat berbeda sebab berkembang di dalam budaya amat berbeda, dan sepanjang sejarah tidak terlalu banyak pertemuan diantara keduanya.

Dari segi Pemikiran dan Sikap Terhadap Pengetahuan
Filsafat Barat sejak masa Yunani menekankan akal budi dan pemikiran rasional sebagai pusat kodrat manusia. Sedangkan Filsafat Timur lebih menekankan hati dari pada akal budi. 

Mengapa? sebab hati dipahami adalah instrumen yang justru mempersatukan akal budi, intuisi, intelegensi dan perasaan.

Bahwa tujuan utama berfilsafat adalah menjadi manusia bijaksana dan menghayati kehidupan, dan untuk itulah pengetahuan harus disertai dengan moralitas.

Dari segi Pemikiran dan Sikap Terhadap Alam:
Filsafat Barat menjadikan manusia sebagai subyek dan alam sebagai obyek sehingga terjadi eksploitasi yang berlebihan atas alam.Sementara filsafat Timur menjadi kan harmoni antara manusia dengan alam sebagai kunci. 

Mengapa? Sebab Manusia berasal alam namun sekaligus menyadari keunikannya di tengah alam.

Dari segi Pemikiran dan Sikap Terhadap Cita-cita Hidup:
Jikalau filsafat Barat menganggap mengisi hidup dengan bekerja dan bersikap aktif sebagai kebaikan tertinggi. Namun cita-cita filsafat Timur adalah harmoni yang menekankan ketenangan, dan kedamaian hati. 

Mengapa? sebab Kehidupan hendaknya dijalani dengan sederhana, tenang, dan menyelaraskan diri dengan lingkungan.

Dari segi Pemikiran dan Sikap Terhadap Status Manusia:
Filsafat Barat amat menekankan status manusia sebagai individu dengan segala kebebasan yang dimilikinya, dan masyarakat tidak bisa menghilangkan status seseorang manusia dengan kebebasannya. Filsafat Timur menekan 
kan martabat manusia dengan penekanan berbeda bahwa manusia ada bukan untuk dirinya melainkan ada di dalam solidaritas dengan sesamanya.

Disarikan dari:
1.Oliver Leaman. 2000. Eastern Philosophy: Key Readings. London: Routledge.
2.Jay Stevenson. 2000. The Complete's Idiot's Guide to Eastern Philosophy. Macmillan: Alpha Books.
3. Ray Billington. 1997. Understanding Eastern Philosophy. London: Routledge.
4. Richard King. 1999. Orientalism and Religion: Postcolonial theory, India and ‘the mystic East’. London: Routledge.