- disarikan dari tulisan berjudul "Untung Nabinya Bukan Anda" oleh KH. Nidhom Subki Tumpang Malang; di sini
Rasullullah SAW punya prinsip buat mudah, jangan buat sulit; gembirakan, jangan kau takut-takuti; dekati, jangan buat lari. Yassiru wa laa tu'assiruu, bassyiru wa laa tundziru. Rasulullah SAW memberikan contoh dalam menyikapi hal-hal baru yang tidak beliau ajarkan secara khusus. Berikut beberapa contoh hal-hal baru yang terjadi di zaman Rasulullah SAW.
(1)
Bilal bin Rabah setiap kali hadats beliau langsung bersuci. Bilal juga selalu sholat dua roka'at setiap selesai wudlu dan sehabis adzan. Hal ini beliau lakukan berdasarkan pemikiran beliau sendiri, inisiatifnya sendiri. Tidak ada petunjuk khusus dari Rasulullah SAW.
Lalu bagaimanakah respon Rasulullah SAW, apakah Rasulullah kemudian mengatakan bahwa Bilal telah membuat kreasi sendiri dalam ibadah, berbuat bid'ah dan sesat? Sama sekali tidak. Bahkan Rasulullah SAW memuji Bilal, "Engkau mendahuluiku ke surga wahai Bilal." (Diriwayatkan oleh At-Turmudzi di dalam Sunan, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman.)
(2)
Dalam sebuah kisah yang penuh dengan patriotisme, Khubaib bin Adi al-Anshori melakukan sholat dua rokaat sebelum dibunuh oleh orang-orang Quraisy, hingga akhirnya kematian syahid menjemputnya di tiang salib. Sholat yang dilakukan oleh Khubaib bin Adi ini kemudian menjadi tradisi yang dilakukan oleh para sahabat yang dengan tabah menerima kematian oleh kekejaman orang-orang kafir. (Silahkan lihat Mu'jamul Kabir oleh Ath-Thabrani, juga diriwayatkan Al-Bukhori dan Ahmad.)
Sholat dua roka'at yang dilakukan oleh Khubaib muncul dari inisiatifnya sendiri, karena beliau beranggapan sholat adalah ibadah yang paling utama dan mulia. Beliau ingin akhir hayatnya ditutup dengan sholat. Rasulullah SAW tidak pernah memberi petunjuk khusus mengenai hal itu, Rasulullah SAW tidak pernah memerintahkan atau mengajarkannya. Apakah setelah Nabi mengetahui apa yang dilakukan oleh Khubaib kemudian beliau mengatakan bahwa Khubaib telah sesat, telah berbuat bid'ah? Sama sekali tidak.
(3)
Salah seorang sahabat Anshar yang menjadi imam di masjid Quba', setiap kali selesai membaca surat al-Fatihah beliau pasti membaca surat al-Ikhlas, baru kemudian membaca surat yang lain. Jadi, surat apapun yang ia baca dalam sholat pasti didahului dengan surat al-Ikhlas. Ketika berita ini sampai kepada Rasulullah SAW, Rasulullah bertanya kepada sahabat yang menjadi imam itu, "Apa yang mencegahmu memenuhi permintaan teman-temanmu, apa yang mendorongmu membaca surat al-Ikhlas setiap raka'at?" Sahabat itu menjawab, "Sungguh aku mencintai surat itu." Lalu Nabi SAW berkata, "Apa yang kau cintai akan membawamu ke surga." (Lihat Fathul Bari Al-Hafizh Ibnu Hajar Al 'Asqalani dalam Bab Al-Jam'u Baina Suratain fir Rok'ati)
(4)
Qatadah bin Nu'man, sebagaimana diceritakan Al-Hafizh Ibnu Hajar, setiap malam beliau menghabiskan malamnya dengan mengulang-ulang surat al-Ikhlas di dalam sholat hingga masuk waktu subuh. Hal ini kemudian dilaporkan kepada Nabi. Dan bagaimanakah tangapan Nabi? Rasulullah SAW dengan lembut dan motivasi yang tinggi beliau berkata " Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, surat al-Ikhlas itu sebanding dengan sepertiga al-Qur'an".
(5)
Yang ini bahkan hingga sekarang kita lakukan dan dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Sebelum peristiwa ini terjadi, ketika para sahabat ketinggalan jama'ah, mereka akan bertanya sudah raka'at keberapakah Nabi? Kemudian mereka akan takbir dan melakukan gerakan-gerakan yang tertinggal hingga ketika sudah sama gerakan dan raka'atnya baru mereka mengikuti gerakan imam, sehingga jama'ah terlihat kurang teratur. Ada yang masih berdiri, ada yang masih ruku', ada yang sujud, dan lain sebagainya. Hingga suatu hari datanglah Mu'adz bin Jabal yang terlambat jama'ah. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud.)
Mu'adz bin Jabal langsung mengikuti gerakan Nabi, dan setelah salam, beliau menambah raka'at yang tertinggal. Hal ini ia lakukan semata-mata karena kecintaannya kepada Rasulullah SAW. Beliau tidak mau ketinggalan lebih banyak lagi, beliau ingin gerakannya sama dengan gerakan imam, dalam hal ini Rasulullah SAW.
Bagaimanakah Rasulullah SAW menyikapi tindakan Mu'adz bin Jabal tersebut, yang sama sekali belum pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW, bahkan berbeda dengan sahabat-sahabat yang lain. Apakah Nabi SAW mengatakan Muadz telah melakukan ibadah menurut kreasinya sendiri, bid'ah, sesat? Sama sekali tidak. Bahkan Rasulullah SAW kemudian berkata, "Sesungguhnya Mu'adz telah membuat satu jalan (cara) baru untuk kalian, lakukanlah seperti yang dilakukan oleh Mu'adz!" Dan hingga sekarang kita melakukan apa yang dilakukan oleh Mu'adz bin Jabal.
Beruntung sekali Mu'adz bin Jabal karena di setiap gerakan yang dilakukan oleh makmum masbuq mulai saat itu hingga hari qiyamat, Mu'adz bin Jabal mendapat bagian pahalanya, karena ia yang telah memulai cara yang baik itu.
Sebetulnya masih banyak contoh lainnya. Bukankah perkataan Nabi SAW pada Bilal bin Rabah, Ucapan Nabi SAW pada sahabat Anshar, perkataan Nabi SAW pada Qatadah, perkataan Nabi SAW pada Mu'adz juga sunnah yang harus dicontoh? Bukankah banyak sunnah-sunnah yang membuat sejuk, membuat tentram, membuat damai, memberi motivasi?
Ada hadits yang berbunyi, man sanna fil islami sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajru man `amila biha. Artinya, Barangsiapa memulai/menciptakan perbuatan baik di dalam Islam, maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya.
Rasullullah SAW punya prinsip buat mudah, jangan buat sulit; gembirakan, jangan kau takut-takuti; dekati, jangan buat lari. Yassiru wa laa tu'assiruu, bassyiru wa laa tundziru. Rasulullah SAW memberikan contoh dalam menyikapi hal-hal baru yang tidak beliau ajarkan secara khusus. Berikut beberapa contoh hal-hal baru yang terjadi di zaman Rasulullah SAW.
(1)
Bilal bin Rabah setiap kali hadats beliau langsung bersuci. Bilal juga selalu sholat dua roka'at setiap selesai wudlu dan sehabis adzan. Hal ini beliau lakukan berdasarkan pemikiran beliau sendiri, inisiatifnya sendiri. Tidak ada petunjuk khusus dari Rasulullah SAW.
Lalu bagaimanakah respon Rasulullah SAW, apakah Rasulullah kemudian mengatakan bahwa Bilal telah membuat kreasi sendiri dalam ibadah, berbuat bid'ah dan sesat? Sama sekali tidak. Bahkan Rasulullah SAW memuji Bilal, "Engkau mendahuluiku ke surga wahai Bilal." (Diriwayatkan oleh At-Turmudzi di dalam Sunan, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman.)
(2)
Dalam sebuah kisah yang penuh dengan patriotisme, Khubaib bin Adi al-Anshori melakukan sholat dua rokaat sebelum dibunuh oleh orang-orang Quraisy, hingga akhirnya kematian syahid menjemputnya di tiang salib. Sholat yang dilakukan oleh Khubaib bin Adi ini kemudian menjadi tradisi yang dilakukan oleh para sahabat yang dengan tabah menerima kematian oleh kekejaman orang-orang kafir. (Silahkan lihat Mu'jamul Kabir oleh Ath-Thabrani, juga diriwayatkan Al-Bukhori dan Ahmad.)
Sholat dua roka'at yang dilakukan oleh Khubaib muncul dari inisiatifnya sendiri, karena beliau beranggapan sholat adalah ibadah yang paling utama dan mulia. Beliau ingin akhir hayatnya ditutup dengan sholat. Rasulullah SAW tidak pernah memberi petunjuk khusus mengenai hal itu, Rasulullah SAW tidak pernah memerintahkan atau mengajarkannya. Apakah setelah Nabi mengetahui apa yang dilakukan oleh Khubaib kemudian beliau mengatakan bahwa Khubaib telah sesat, telah berbuat bid'ah? Sama sekali tidak.
(3)
Salah seorang sahabat Anshar yang menjadi imam di masjid Quba', setiap kali selesai membaca surat al-Fatihah beliau pasti membaca surat al-Ikhlas, baru kemudian membaca surat yang lain. Jadi, surat apapun yang ia baca dalam sholat pasti didahului dengan surat al-Ikhlas. Ketika berita ini sampai kepada Rasulullah SAW, Rasulullah bertanya kepada sahabat yang menjadi imam itu, "Apa yang mencegahmu memenuhi permintaan teman-temanmu, apa yang mendorongmu membaca surat al-Ikhlas setiap raka'at?" Sahabat itu menjawab, "Sungguh aku mencintai surat itu." Lalu Nabi SAW berkata, "Apa yang kau cintai akan membawamu ke surga." (Lihat Fathul Bari Al-Hafizh Ibnu Hajar Al 'Asqalani dalam Bab Al-Jam'u Baina Suratain fir Rok'ati)
(4)
Qatadah bin Nu'man, sebagaimana diceritakan Al-Hafizh Ibnu Hajar, setiap malam beliau menghabiskan malamnya dengan mengulang-ulang surat al-Ikhlas di dalam sholat hingga masuk waktu subuh. Hal ini kemudian dilaporkan kepada Nabi. Dan bagaimanakah tangapan Nabi? Rasulullah SAW dengan lembut dan motivasi yang tinggi beliau berkata " Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, surat al-Ikhlas itu sebanding dengan sepertiga al-Qur'an".
(5)
Yang ini bahkan hingga sekarang kita lakukan dan dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Sebelum peristiwa ini terjadi, ketika para sahabat ketinggalan jama'ah, mereka akan bertanya sudah raka'at keberapakah Nabi? Kemudian mereka akan takbir dan melakukan gerakan-gerakan yang tertinggal hingga ketika sudah sama gerakan dan raka'atnya baru mereka mengikuti gerakan imam, sehingga jama'ah terlihat kurang teratur. Ada yang masih berdiri, ada yang masih ruku', ada yang sujud, dan lain sebagainya. Hingga suatu hari datanglah Mu'adz bin Jabal yang terlambat jama'ah. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud.)
Mu'adz bin Jabal langsung mengikuti gerakan Nabi, dan setelah salam, beliau menambah raka'at yang tertinggal. Hal ini ia lakukan semata-mata karena kecintaannya kepada Rasulullah SAW. Beliau tidak mau ketinggalan lebih banyak lagi, beliau ingin gerakannya sama dengan gerakan imam, dalam hal ini Rasulullah SAW.
Bagaimanakah Rasulullah SAW menyikapi tindakan Mu'adz bin Jabal tersebut, yang sama sekali belum pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW, bahkan berbeda dengan sahabat-sahabat yang lain. Apakah Nabi SAW mengatakan Muadz telah melakukan ibadah menurut kreasinya sendiri, bid'ah, sesat? Sama sekali tidak. Bahkan Rasulullah SAW kemudian berkata, "Sesungguhnya Mu'adz telah membuat satu jalan (cara) baru untuk kalian, lakukanlah seperti yang dilakukan oleh Mu'adz!" Dan hingga sekarang kita melakukan apa yang dilakukan oleh Mu'adz bin Jabal.
Beruntung sekali Mu'adz bin Jabal karena di setiap gerakan yang dilakukan oleh makmum masbuq mulai saat itu hingga hari qiyamat, Mu'adz bin Jabal mendapat bagian pahalanya, karena ia yang telah memulai cara yang baik itu.
Sebetulnya masih banyak contoh lainnya. Bukankah perkataan Nabi SAW pada Bilal bin Rabah, Ucapan Nabi SAW pada sahabat Anshar, perkataan Nabi SAW pada Qatadah, perkataan Nabi SAW pada Mu'adz juga sunnah yang harus dicontoh? Bukankah banyak sunnah-sunnah yang membuat sejuk, membuat tentram, membuat damai, memberi motivasi?
Ada hadits yang berbunyi, man sanna fil islami sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajru man `amila biha. Artinya, Barangsiapa memulai/menciptakan perbuatan baik di dalam Islam, maka dia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya.