Al-Nadim Pustakawan Besar Abbasiyah dan Klasifikasi Ilmu

Oleh: Abdul Hadi WM - Facebook Note

Zaman kekhalifatan Abbasiyah di Baghdad, yang membentang dari abad ke-8 hingga 13 M, merupakan zaman kejayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Pada zaman ini lahir begitu banyak ilmuwan, filosof, sastrawan, ulama, dan pustakawan besar. Perpustakaan besar dijumpai di mana-mana di kota-kota besar, begitu pula toko buku. Seorang di antara pustakawan besar itu ialah Abu'l-Faraj Muhammad bin Is'hāq al-Nadim (Arabic: ابوالفرج محمد بن إسحاق النديم‎). Dia memiliki toko buku besar di tengah kota Baghdad, serta koleksi buku yang berlimpah. Berkat ketekunannya mencatat buku-buku yang pernah menjadi koleksinya, serta pengelompokan buku-buku tersebut menurut isi atau bidang ilmunya, kita mengenal klasifikasi ilmu yang berkembang dalam sejarah Islam.

Tanggal dan tahun kelahiran al-Nadim tidak diketahui. Yang kita ketahui hanya tahun wafatnya yaitu September 17, 995 or 998 M. Kitāb al-Fihrist adalah karyanya yang masyhur. Dia mengatakan dalam bukunya itu [bahwa Kitāb al-Fihrist adalah]: "an Index of the books of all nations, Arabs and non-Arabs alike, which are extant in the Arabic language and script, on every branch of knowledge; comprising information as to their compilers and the classes of their authors, together with the genealogies of those persons, the dates of their birth, the length of their lives, the times of their death, the places to which they belonged, their merits and their faults, since the beginning or every science that has been invented down to the present epoch: namely, the year 377 of Hijra."

Riwayat hidupnya tak banyak diketahui. Dia hanya dikenal sebagai penyalin naskah (warraq) dan pedagang buku sebagaimana ayahnya. Di antara guru-gurunya yang disebut olehnya ialah al-Sirafi (wafat 978-9), 'Ali b. Harun b. al-Munajjim (wafat 963) and filosof Abu Sulayman al-Mantiqi. Koleksi bukunya luar biasa banyaknya. Karena sedemikian besar cintanya pada buku, tokoh yang hidup pada abad ke-10 M ini sangat bergairah mencatat buku-buku yang pernah dimiliki di perpustakaan dan dijual di toko bukunya. Yang dicatat bukan hanya sekadar nama pengarang dan judul buku, tetapi juga keterangan mengenai isi buku itu, riwayat hidup pengarang serta karya-karyanya, dan pengelompokan buku-buku itu menurut bidang pembahasannya. Catatannya yang luar biasa itu diterbitkan dengan judul Kitab al-Fihrist (Buku Indeks).

Nama al-Nadim yang disandangnya hanyalah gelar, yang artinya ialah "sahabat orang-orang terkemuka". Seorang warraq (penyalin naskah) dan pedagang buku pada waktu itu mempunyai pergaulan luas. Kenalan mereka terdiri dari tokoh-tokoh penting seperti pembesar, cendekiawan, filosof, ahli kaligrafl, pengarang, seniman, penyair dan profesor. Sebelum tinggal di Baghdad al-Nadim pernah tinggal di Mosul. Kepindahannya ke Baghdad itulah yang memungkinkan bakat dan kariernya berkembang pesat.

Pada masa mudanya al-Nadim belajar kepada guru-guru yang terkemuka seperti al-Siraf (wafat 978 M), al-Munajim (wafat 963) dan filosof Abu Sulayman al-Mantiqi. Dari merekalah dia mempelajari pengetahuan yang luas tentang filsafat dan beragam ilmu pengetahuan. Ketika telah cukup dewasa dia bergabung dengan Isa ibn Ali (914-1001), yang mendirikan sebuah halaqah (lingkaran diskusi intelektual) terkenal di Baghdad. la memuji Isa ibn Ali dan menyanjungnya, oleh karena pengetahuannya yang mendalam tentang logika dan al-ulum al-qadimah (ilmu-ilmu Yunani, Mesir, Persia, India dan Cina).

Al-Nadim juga bersahabat dengan filosof Ibn al-Khammar. Keduanya kerap sekali memperbincangkan masalah-masalah kefilsafatan yang aktual, dan keduanya adalah pengagum Aristoteles. Aristoteles mereka kagumi karena keluasan pandangannya, tanpa perlu menyetujui seluruh isi fllsafatnya. Seperti al-Khammar, al-Nadim juga dikenal sebagai penganjur toleransi agama, walaupun keduanya menolak sikap akomodatif Muslim kepada pemeluk ajaran agama lain.

Setengah riwayat menyatakan bahwa dia penganut mazhab Syi'ah, yang melakukan takiyyah. Kritik-kritiknya amat keras terhadap kaum tradisionalis. Dia menyanjung kaum Mu'tazilah yang disebutnya sebagai ahlal-'adl. Sedang golongan Asy'ari dia sebut sebagai golong-an al-Mujbirah. Menurut dia, sebenarnya banyak cendekiawan dari mazhab Syafi'i, yang secara diam-diam bersimpati pada ajaran Syi'ah Imamiyah.

Kitab al-Fihrist, sebagai karya agungnya, mencerminkan masa-masa kejayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan, filsafat dan seni. Setelah terbit, kitab ini banyak sekali disalin, terutama di Mesir dan Turki, dan dijadikan rujukan utama oleh para pengamat karena kelengkapan indeks buku yang dimuatnya, serta keterangan-keterangan yang berharga mengenai buku-buku yang pernah dibaca dan pernah dia dengar dari ahli-ahlinya yang terpercaya.

Maksud Penulisan "al-Fihrist"

Bagi setiap Muslim yang taat, segala perbuatan dan pekerjaan di dunia ini merupakan suatu ibadah dan perjalanan menuju Dia. Tujuan suatu pekerjaan ialah untuk mendapatkan rida Allah dan berkah-Nya. Demikian juga tujuan utama al-Nadim dalam menulis kitabnya ini. Kecuali itu, sebagai seorang yang mengetahui banyak permasalahan buku, dia merasa terpanggil untuk menyusun daftar buku yang pernah ditulis atau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Walhasil, Kitab al-Fihrist merupakan katalog yang lengkap dengan uraian yang jelas. Ada buku yang diuraikan secara panjang lebar mengingat pentingnya buku tersebut, ada pula yang diuraikan secara ringkas.

Dalam kata pengantarnya al-Nadim menyatakan: "Kitab ini me­rupakan indeks buku-buku karangan orang-orang Arab dan non-Arab yang ditulis dalam bahasa Arab tentang semua cabang pengetahuan; disusun berdasarkan pengelompokan pengarang, asal-usul dan riwayat hidupnya, negeri tempat tinggal dan kebajikan-kebajikan mereka; sejak pada waktu setiap cabang ilmu dikembangkan sampai pada tahun 987-8 M."

Tentu tidak mudah menyusun sebuah indeks buku masa itu, karena melimpahnya jumlah buku yang ditulis. Sejak awal penulisannya pada tahun 938, kitab ini telah berkali-kali direvisi oleh pengarangnya dan diperluas isinya.

Kitab al-Fihrist terdiri dari sepuluh (10) bab besar. Enam (6) bab pertama menerangkan buku-buku yang berkenaan langsung dengan Islam, sedangkan empat (4) bab selebihnya memuat daftar buku yang pertaliannya dengan Islam tidak langsung, namun penting.

Bab I. Bab ini terdiri dari tiga (3) bagian:

(1) Daftar buku yang menguraikan bahasa-bahasa penduduk Arab dan non-Arab; karakter tulisan mereka, macam-macam tulisan dan bentuk hurufnya;
(2) Daftar buku hukum dan undang-undang yang ditulis oleh pemuka-pemuka mazhab agama Islam, Yahudi, Kristen, Sabea dan aliran-aliran dalam agama tersebut;
(3) Daftar buku tentang ilmu-ilmu berkenaan kitab suci berbagai agama, para perawi hadis dan keganjilan hasil pembacaan mereka;

Bab II. Terdiri dari tiga (3) bagian:

(1) Asal usul tata bahasa, ahli-ahli tata bahasa mazhab Basrah, ahli-ahli stilistika Arab dan judul-judul buku mereka;
(2) Uraian tentang ahli-ahli tata bahasa dan filologi mazhab Kufah dan judul buku-buku mereka;
(3) Uraian tentang ahli-ahli tata bahasa yang cenderung menggabungkan pandangan dua mazhab di atas.

Bab III. Terdiri dari tiga (3) bagian tentang sejarah, sastra Adab, biografi dan silsilah:

(1) Ahli-ahli sejarah, penulis cerita, ahli-ahli silsilah, penulis biografi, judul buku-buku mereka dan tarikh penulisan masing-masing buku;
(2) Raja-raja, sekretaris mereka, para kuttab, duta besar, wazir dan pejabat pemerintah yang menulis buku dan judul karangan-ka-rangan mereka;
(3) Para penghibur istana, tokoh-tokoh favorit, pelawak dan lain-lain yang menulis buku dan judul buku-buku mereka.

Bab IV. Terdiri dari dua (2) bagian tentang puisi dan penyair:

(1) Kelompok-kelompok penyair, sajak-sajak zaman Jahiliyah sampai zaman Islam, kumpulan puisi mereka dan nama-nama buku puisi mereka yang diterbitkan;
(2) Kelompok pengarang dan penyair Muslim, termasuk penulis abad ke-9 dan 10 di lingkungan kekhalifahan Abbasiyah.

Bab V. Terdiri dari lima (5) bagian tentang Filsafat Scholastik dan orang-orang terpelajar:

(1) Falsafah Scholastik, tokoh-tokoh Mu'tazilah dan Murji ah, dan judul buku-buku mereka;
(2) Orang-orang terpelajar dari kalangan mazhab Syi'ah, baik Syi'ah Imamiyah dan Zaydiyah maupun Ghulat (ekstrem) dan Ismailiyah, serta judul buku-buku mereka;
(3) Orang-orang terpelajar Jabariyah dan Hasywiyah dan judul buku-buku mereka;
(4) Orang-orang terpelajar Khawarij dan judul buku-buku mereka;
(5) Para Darwisy, Sufi dan pengajar falsafah Scholastik, serta judul buku-buku mereka.

Bab VI. Terdiri dari delapan (8) bagian tentang Fiqih, Fuqaha dan Ahli Hadis:

(1) Imam Malik, murid-muridnya dan judul buku-buku karangan mereka;
(2) Imam Hanafi dan murid-muridnya, serta judul buku-buku ka­rangan mereka;
(3) Imam Syafi'i, pengikut dan judul buku-buku mereka;
(4) Daud ibn. Ali al-Isfahani dan para pengikutnya, serta judul buku-buku mereka;
(5) Para fuqaha Syi'ah dan judul buku-buku mereka;
(6) Para fuqaha yang juga ahli hadis dan perawi hadis, serta judul buku-buku mereka;
(7) Abu Ja far al-Tabari dan murid-muridnya, serta judul buku-buku mereka;
(8) Para fuqaha Khawarij dan judul buku-buku mereka.

Bab VII. Terdiri dari tiga (3) bagian tentang Falsafah dan Ilmu Klasik.

(1) Filosof aliran Materialisme dan ahli-ahli logikanya, serta judul buku-buku mereka;
(2) Ahli-ahli matematika, geometri, aritmatik (ilmu hisab), musikus, akuntan, astronom dan pencipta alat-alat ilmiah dan ahli meka-nik serta insinyur;
(3) Asal-usul ilmu kedokteran, para tabib lama dan modern, judul buku-buku mereka, karya saduran dan komentar terhadap karya-karya mereka.

Bab VIII. Terdiri dari tiga (3) bagian tentang legenda, kisah binatang atau fabel, doa-doa, mantra dan ilmu nujum;

(1) Tukang cerita, orang-orang bijak dan seniman serta judul buku-buku mereka tentang legenda dan kisah binatang;
(2) Ahli sihir, nujum, tcnung dan judul buku-buku mereka;
(3) Buku-buku tentang topik aneka ragam serta nama pengarang yang kurang dikenal.

Bab IX. Terdiri dari dua (2) bagian tentang mazhab dan aliran agama bukan Islam:

(1) Aliran Harranian, Khaldea, Sabean, Dualis seperti Manichean, Bardesania, Khursani, Maronit, Mazdak dan Iain-lain, serta judul buku-buku tentang aliran-aliran tersebut;
(2) Aliran-aliran agama dari India, Cina dan negeri lain.

Bab X. Tentang ahli-ahli kimia dan farmasi, lama dan modern, serta judul buku-buku mereka.

Banyaknya salinan kitab ini membuat banyak pula edisi yang sedikit saling berbeda isinya. Di antara edisi yang terkenal adalah edisi Fluegel, yang didasarkan atas naskah yang tersimpan di Museum Paris, dengan nomor indeks de Slane 4457. Naskah ini adalah salinan Kitab al-Fihrist tahun 1220 di Turki. Naskah lain adalah manuskrip Chester Beatty di Museum Lon­don. Dalam edisi Fluegel ditargetkan bahwa buku itu memuat daftar buku ilmu pengetahuan yang ditulis para sarjana Arab dan terjemahan karya penulis Yunani, Persia dan India dalam bahasa Arab.

Sebagai pencinta filsafat, tidak mengherankan jika al-Nadim menguraikan secara panjang lebar Plato dan Aristoteles dalam kitabnya itu. Uraian lain yang menarik adalah tentang kitab Hasan Afian, kitab yang merupakan cikal bakal Kisah Seribu Satu Malam. Dari uraiannya mengenai agama-agama non-monoteistik, kita mengetahui keluasan pengetahuannya mengenai kehidupan agama-agama ini dan adat istiadat para penganutnya.

Muhammad ibn Ishaq al-Nadim hanya mencatat dan menerangkan tentang buku-buku yang pernah dia baca sendiri, di samping buku-buku yang didengar dari ahli-ahli yang terpercaya dalam bidang masing-masing.

Sering di dalam kitabnya itu dia membicarakan juga mengenai ukuran buku, jumlah halaman buku, dan jika menerangkan buku puisi tak lupa menjelaskan jumlah bait dan baris menurut teks aslinya. Ini dia lakukan, karena tak jarang para penyalin naskah menjual buku yang tidak lengkap atau tak sesuai dengan buku asli.

Dia juga selektif dalam menyusun daftar buku. Hanya buku-buku yang disalin oleh ahli kaligrafi terkemuka dan terpercaya yang dia daftar. Misalnya salinan ahli kaligrafi seperti Ibn al-Kufi, Ibn Muqlah, Abu al-Tayyib al-Syafi'i, al-Tirmizi, Ibn 'Ammar dan lain-lain. Ibn Ammar dikenal sebagai penyalin yang mengkhususkan diri pada buku-buku puisi.

Para penggemar buku, seluk beluk perdagangan dan pelelangan buku, masalah pena, kertas, teknik penerbitan, tidak lupa dibicarakan. Menurut al-Maghribi (wafat 1027) dia juga menulis buku berjudul Kitab al-Awsafwa al-Tasybihat.

Forum Mu'tazilah

Pada masa itu toko buku al-Nadim tergolong besar di Baghdad. Lagi pula letaknya sangat strategis, tidak jauh dari Masjid Besar tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan para penulis buku dan tidak jauh pula dari Bayt al-Hikmah yang didirikan oleh Khalifah Harun al-Rasyid sebagai pusat perbukuan kerajaan. Lemari dan rak buku memadati ruang-ruang toko bukunya yang bertingkat.

Tapi di situ al-Nadim juga menyediakan ruang pertemuan bagi kaum cendekiawan, fllosof, pengarang, penyair, dan seniman. Ceraman-ceramah ilmiah dan agama kerap diselenggarakan di tempat itu, menjadikan toko bukunya juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan.

Al-Nadim adalah pecinta filsafat. Tak mengherankan jika di antara buku-buku yang dia jual sebagian besar adalah buku-buku filsafat, terutama karangan kaum Mu'tazilah. Salah satu buku karangan sarjana Mu'tazilah terkenal adalah Kitab Mengenai Masalah Gerakan dan Benda-benda. Buku yang ditulis oleh Abu al-Huzayl al-Allaf ini sudah tergolong buku yang langka waktu itu, karena tak banyak penyalin yang menyalinnya lagi dalam edisi baru. Waktu itu memang sudah muncul gerakan and rasionalisme. Akan tetapi al-Nadim tetap setia menyalin buku yang penting itu dan menjualnya.

Yang lebih menarik lagi adalah karena al-Nadim telah menjadikan tokonya sebagai tempat pertemuan cendekiawan Mu'tazilah. Dibanding pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya, forum Mu'tazilah paling kerap diadakan di situ. Al-Nadim menyukai mereka, karena mereka meyakini bahwa rahasia-rahasia alam semesta dan dasar kepercayaan agama bisa diterangkan dengan akal-pikiran, walaupun ada batas-batasnya. Tanpa memberikan peran kepada upaya akal pikiran secara maksimal, kehidupan keberagamaan umat Islam menurutnya tidak akan mengalami perkembangan yang dinamik dan maju.

Di antara buku-buku yang paling disayang al-Nadim adalah buku-buku yang dikarang al-Kindi, filosof yang paling dikagumi olehnya. Di antara buku-buku al-Kindi yang dibacanya secara mendalam ialah Pengantar Filsafat, Filsafat Intrinsik, Masalah-masalah Logika dan Filsafat yang Pelik, Komposisi Angka, Pengantar Logika, Pengantar Musik, Keterangan Mengenai Benda-benda Angkasa dan Seluk-beluk Geometri.

Al-Nadim juga menerangkan beberapa buku yang paling laris. Misalnya buku-buku karangan al-Khwarizmi (wafat 863), Bapak Logaritma. Terutama bukunya tentang aljabar dan astrolobe.

Buku-buku kedokteran yang paling laris adalah karya Hunayn ibn Ishaq (wafat 877), khususnya buku-bukunya mengenai penyakit mata dan perut. Disusul buku-buku karangan Ibn Luqa tentang penyakit rambut dan buku-buku karangan Zakariya al-Razi.

Buku matematika dan ilmu kalam yang laris adalah karangan al-Razi. Buku astronomi yang paling digemari ialah karangan al-Farghani. Sedangkan buku yang paling populer adalah Kitab al-Hawi (ensiklopedi lengkap ilmu kedokteran) dan Kitab al-Judari wa-al-Hasbah (Tentang Penyakit Campak dan Cacar), juga karangan al-Razi.

Menurut al-Nadim, kecuali menulis buku-buku kedokteran, al-Razi juga menulis 45 buku tentang ilmu kimia dan dia sendiri menyaksikannya. Sedangkan kitab geografi yang paling populer waktu itu adalah Klasifikasi Pengetahuan Wilayah-wilayah karangan al-Maqdisi. Buku tentang musik dan nyanyian yang digemari pembaca ialah buku karangan Ishaq al-Mawsili.

Tergambar dalam keterangan al-Nadim itu tentang semaraknya kehidupan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.

Perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari perkembangan bahasa, dan bahasa Arab pada waktu itu telah berkembang sedemikian rupa berkat tersebar luasnya tradisi membaca dan menulis. Tidak mungkin ilmu pengetahuan berkembang, tanpa didahului oleh perkembangan teknologi mengarang dan menulis.

Oleh karena itu, menurut al-Nadim, peranan penyair, pengarang dan ahli tata bahasa sangat vital bagi kemajuan suatu peradaban dan kebudayaan. Vitalnya peranan pengarang dan ahli tata bahasa ini juga dihubungkan oleh al-Nadim dengan pentingnya peranan kalam atau pena.

Pena, benda yang sederhana itu, bagaimana pun adalah justru yang luar biasa. Di dalamnya tersimpan rahasia teknologi yang canggih. Tidak salah apabila penyair al-Attabi menyatakan, "Pena ialah binatang liar yang hanya bisa dijinakkan oleh pemahaman dan kearifan."

Ini membuktikan bahwa mengarang sebuah buku yang isinya berbobot tidak mudah. Seorang pengarang harus memeras bukan saja tenaga, namun pikiran. Tak mungkin seseorang itu menulis tanpa memiliki pengetahuan, pemahaman dan kearifan—sesuatu yang harus dipelajari seseorang sejak kecil dan bertahun-tahun lamanya, menempuh berbagai rintangan dan pengalaman getir.

Karena itu, al-Attabi juga benar, kata al-Nadim, ketika mengatakan, "Buku tersenyum ketika pena meneteskan air mata". Meneteskan air mata, karena pena mesti berhadapan dengan rimba raya bahasa, dan rimba raya bahasa adalah rimba raya pikiran manusia yang pelik dan rumit.

Karena pandangannya itulah al-Nadim sangat mencintai buku karangan Muhammad ibn al-Lays al-Khatib, Keahlian Menulis dan Menggunakan Kalam—yang membicarakan secara panjang lebar ilmu dan teknologi tulis-menulis.

Jika kita bertanya kepada al-Nadim mengapa dia lebih banyak menjual buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan, maka dia akan menjawab seperti apa yang ditulis dalam Kitab al-Fihrist "Suatu ketika," kata al-Nadim, "ada orang yang menyampaikan berita menarik, yaitu mimpi Khalifah Harun al-Rasyid. Dalam mimpinya itu Khalifah Harun al-Rasyid bertemu dengan seorang lelaki yang wajahnya cerah, berkulit putih, berdahi lebar dan pandangan matanya tajam. Orang itu duduk di tempat tidur khalifah. Ketika melihatnya, khalifah berdiri terpaku di depannya dan gemetar. Tetapi dia memberanikan diri bertanya. Orang itu ternyata Aristoteles. Menurut Khalifah, Aristoteles berkata bahwa yang baik dalam kehidupan ini adalah dalam pikiran manusia, juga dalam hukum dan apa yang ada di tengah khalayak ramai. Pendek kata, Aristoteles berbicara tentang pentingnya kepedulian pengetahuan, kepedulian hukum dan kepedulian sosial."

Inilah alasan al-Nadim mengapa dia banyak menjual buku filsafat dan ilmu pengetahuan, sebab bagaimana pun keduanya penting bagi kehidupan seorang Muslim, yang kitab sucinya menganjurkan berulang-ulang pentingnya pembudayaan akal pikiran dan pengetahuan.

Menurut al-Nadim, buku menghadirkan kepada pembacanya perkiraan-perkiraan dan pembuktiannya. Pembuktiannya bisa benar, bisa salah. Kita dapat mengujinya lewat bantuan logika dan pengamatan. Kebenaran akan membuktikan dirinya apabila pengetahuan mengalami kemajuan. Jika pengetahuan mandek, maka kebenaran tetap terselubung. "Saya membuka toko buku untuk melayani mereka yang haus akan ilmu pengetahuan," kata al-Nadim.

Tetapi, menurut al-Nadim lagi, pikiran tidak hanya memerlukan pengetahuan. Jika pikiran hanya dipompa oleh ilmu dan filsafat, dia akan kering kerontang. Pikiran manusia memerlukan penyegaran melalui karya-karya imajinatif. Karena itu, dia merasa terpanggil un­tuk menjual buku-buku sastra dan berbagai kisah petualangan dan pengembaraan yang menarik hati.***