HIJAB-HIJAB KEBAHAGIAAN

Pembicara: Ust. Rusli Malik

Kebahagiaan adalah keadaan alami yang telah Tuhan berikan kepada manusia.

Diantara hijab-hijab kebahagiaan adalah:
Kebodohan, dapat dihilangkan dengan ilmu pengetahuan.
Keserakahan, dapat dihilangkan dengan infaq & shodaqoh.
Keangkuhan, dapat dihilangkan dengan cinta & kasih sayang.
Keingkaran.

ad.1 Mengapa banyak orang berilmu pengetahuan tapi tidak mendatangkan kebaikan.

Karena pengetahuan itu hanya berhenti pada tataran yang bersifat fisik. Contoh kasus banyak ilmuwan yang bunuh diri.

Ayat yang pertama turun adalah iqro, bacalah. Ada based on-nya ..dengan nama Tuhanmu. Bacalah segala sesuatu yang diciptakan, dengan nama Tuhanmu.

Dalam al Quran.. pembacaan yang benar adalah pembacaan yang memunculkan proses tasbih (baca: memuji Tuhan, red.), yang akan mengangkat hijab (penghalang/penutup) kebahagiaan.

ad.2 Keserakahan.. yang namanya keserakahan tidak berbatas. Ketika keserakahan terjadi maka kebahagiaan akan tertutup tebal (terhijab).

Bagaimana cara mengangkat hijab ini? Dengan ber-sedekah & infaq. Tidak menganggap segala sesuatu sebagai miliknya, sehingga ketika kehilangan nanti tidak menimbulkan kesedihan.

ad.3 Keangkuhan.. bermula dari keakuan (egoistik). Dalam keakuan maka semua orang harus menghilang dari realitas, yang ada hanya aku, tidak ada Anda, kamu, dan yang lain.

Untuk menurunkan keangkuhan harus ada cinta & kasih sayang. Dalam agama, cinta kasih bermakna tunggal, barangsiapa membunuh 1 orang sama dengan membunuh semua manusia; barangsiapa menghidupkan 1 orang sama dengan menghidupkan semua manusia. Jadi, kita yang larut ke orang lain, bukan orang lain yang larut ke kita.

Pertanyaan tentang reinkarnasi, adakah dalam Islam?
Reinkarnasi dalam pengertian keyakinan Cina adalah muncul lagi di dunia dalam bentuk lain.
Reinkarnasi dalam pengertian kita adalah masa dibangkitkan kembali untuk masa perhitungan nanti. Karena jiwa sesungguhnya tidak mati, tapi tetap hidup dan ada di alam barzakh.

Fisik adalah materi, sehingga terkena hukum perubahan, makin lama makin tua/rusak, bergerak menuju kehancuran; asupannya juga yang bersifat berubah, misal makanan, minuman, dll.

Jiwa adalah non-materi, bersifat tetap, tidak terkena hukum perubahan; asupannya adalah ilmu, sedekah, kasih sayang, dll.

Apakah bahagia sama dengan senang?
Yang mengalami bahagia adalah jiwa; senang ada di wilayah fisik, contohnya, ketika main lalu disuguhi makanan kesukaan, kita seneng; naik mobil mewah, seneng.

Ciri jiwa yang terhijab adalah ketika hati/jiwa/bashirah kita tidak bisa mempersepsi sesuatu yang baik untuk kita. Misal suatu kejadian pahit dianggap musibah atau derita, padahal derita/musibah adalah penggerak kehidupan.
Contohnya, dengan kejadian ban pecah, maka hiduplah tukang tambal ban; dengan kematian, hiduplah tukang gali kubur, ambulan, kafan, dll.

Sudah cari asupan yang baik untuk jiwa tapi belum bahagia?
(1) sudah benarkah aasupannya (2) tidak terkontaminasikah asupannya.
Misal melakukan sholat untuk kebutuhan fisik, bukan untuk kebutuhan jiwa, tidak akan bahagia.

Ritual agama sudah bagus, tapi kok masih serakah?
Bayangkan sebuah koordinat cartesian.

Garis mendatar adalah arah perjalanan hidup, ujung kiri adalah 'dunia', ujung kanan adalah 'akhirat'.
Garis tegak adalah arah peribadatan, ujung atas adalah 'Allah', ujung bawah adalah 'iblis'.

Kuadran I, best of the best, arah perjalanan hidup ke akhirat; arah peribadatan kepada Allah.
Kuadran II, ibadah kepada Allah, tapi arah perjalanan hidupnya masih kepada dunia.
Kuadran III, benar-benar tidak mengenal agama.
Kuadran IV, beribadah, tapi ibadahnya memunculkan keangkuhan, contohnya mudah mengkafirkan orang, mudah menyalahkan orang, merasa diri suci sendiri.

# Ilmu ma'rifat.
Ma'rifat, asal katanya dari arafa, artinya mengenal dengan benar—lepas dari kesalahan, karena benar-benar mengenal. Kalau masih antara benar dan salah itu namanya persepsi.

(Persepsi adalah bagaimana seseorang menafsirkan atau memaknai sesuatu, persepsi dipengaruhi faktor personal dll; orang biasanya menilai sesuatu karena persepsinya, bukan karena kenyataan itu sendiri, red.)

Ma'rifat: (1) ma'rifatunnafs, mengenal manusia (2) ma'rifatullaah, mengenal Allah dengan benar, bagaimana hubungan-Nya dengan penciptaannya, dll.

Kebahagiaan tanpa syari'at, bisakah?
Jika sesuatu dinilai benar oleh semua orang, itu artinya bukan ke-egoisan. Misal, 2 + 2 = 4 itu rasional, semua orang berpendapat begitu, maka jika saya bersikukuh disitu, maka saya tidak (bukan) egois.

Ada 2 macam kebahagiaan: kebahagiaan sejati dan kebahagiaan semu.

Ilustrasi.. kita beli emas. Kita tahu bahwa emas itu asli, lalu kita bahagia, itu adalah kebahagiaan sejati, karena kita tahu kebenaran atau hakikat dari sesuatu yang membuat kita bahagia.
Kebahagiaan semu itu jika kita tidak tahu kalau emas itu palsu tapi tetap bahagia karena dikira emas asli. Kebahagiaan kita semu karena kita tidak tahu kebenaran atau hakikatnya.

Ciri orang bahagia, dari penampilankah.. tenang, senyum, dll.
Jawabnya, dengan ma'rifatunnafs, mengenalinya. Kalau ternyata ditemukan tidak mengeluh dlsb, bisa dikatakan ia bahagia.

Kesimpulan, kebahagiaan adalah fitrah, jika tidak bahagia maka adalah karena adanya hijab yang dibuat oleh manusia sendiri. Ilustrasinya, kebodohan muncul karena tidak mau belajar. []