Pembicara:
Bpk. Anggito
(Bagian
ke-4 dari 4 tulisan. Tiga materi sebelumnya: (1) Belajar Bersikap
Sadar, (2) Memakmurkan Diri, (3) Belajar Mengamati Pikiran Kita.)
Kehidupan
yang dimaksud disini adalah kehidupan dunia. Karena di alam dunialah
manusia berada pada entitasnya yang paling lengkap (jasmani &
ruhani). Dan manusia menjadi istimewa, karena pada saat ia hidup di
dunia, ia berada pada fase terdekat pada penciptanya.
Tapi
manusia pada umumnya hanya siap hidup pada entitas jasmaninya.
Kehidupan
dunia bersifat materi. Pada kehidupan dunia, tubuh manusia tidak
mengalami evolusi lagi. Materi adalah sesuatu yang terbatas, yang
butuh materi hanya tubuh fisik.
Kehidupan
dunia adalah sekolah paling lengkap bagi jiwa (karena jiwa menempati
tubuh fisik). Sebuah jiwa tidak mungkin maju tanpa melalui kehidupan
dunia. Pada kehidupan dunia ini jiwa harus terlibat, tapi
tidak boleh terikat.
Pertanyaannya
adalah, pembelajaran seperti apa yang harus diambil di dunia ini.
Dalam pembelajaran di dunia ini, yang menjadi gurunya adalah: 'alam
semesta'.
Pembelajaran
seperti apa yang harus dialami jiwa ketika ia menempati kehidupan
fisik di dunia:
(1)
Prinsip dasar kasih sayang Allah di kehidupan dunia. Seluruh aspek
kehidupan harus diawali dan diakhiri oleh prinsip dasar ini.
(2)
Jiwa tidak boleh lengah agar jasmani tidak mengambil alih kendali.
Sesungguhnya (seharusnya) jiwa adalah pemegang kendali (menjadi
majikan).
Sang
jiwa secara umum butuh bimbingan dalam menjalani kehidupannya di
tubuh fisiknya, maka disinilah agama dibutuhkan.
Agama
adalah suatu keyakinan. Keyakinan adalah produk pikiran.
Dalam
agama Nasrani, ada konsep trinitas. Tuhan menjadi manusia dalam
bentuk Yesus.
Dalam
agama Hindu, ada konsep trimurti.
Dalam
agama Budha, Tuhan tidak bisa dikonsepkan.
Dalam
agama Islam, Tuhan tidak boleh diwujudkan dalam bentuk apapun, karena
Tuhan tidak berwujud. Seorang muslim mengakui konsep Tuhan dalam
imajinasi (bukan khayalan..!).
#
Alam semesta hanya mengenal satu hukum: 'hukum keseimbangan'.
Dan
kalau tidak ada keseimbangan, alam akan berusaha mengembalikan kepada
keseimbangan itu.
Kasus:
Adanya lumpur lapindo, banjir, itu adalah akibat kesalahan manusia.
#
Intelektualitas itu perlu, tapi bukan satu-satunya yang
diperlukan.
Kesadaran
rasional harus diimbangi dengan kesadaran qalbu.
#
Peristiwa kematian adalah peristiwa biasa. Yang kembali kepada Allah
adalah jiwa manusia, tubuh fisik hanya sementara. Kehidupan ini hanya
'sebentar'.
#
Seseorang memeluk agama tertentu bukan karena kebetulan. Di dunia ini
tidak ada yang namanya kebetulan. Jadikan ini sebagai dasar untuk
tidak mudah menilai seseorang atau sesuatu.
#
Keesaan adalah simbol. Kita akan kembali kepada Allah dalam keadaan
sendiri.
#
Takdir itu dipilih oleh manusia itu sendiri. Allah adalah pemegang
grand design. Allah berkata, silakan kamu memilih, ketika kamu
salah memilih, itu tanggung jawab kamu sendiri.
Hidup
harus bernilai bagi jiwamu.
Untuk
belajar, jiwamu tidak boleh takut untuk salah (belajar)
dan
tidak boleh angkuh terhadap kebenaran.
Sekarangmu
adalah tempatmu untuk belajar.
Belajarlah
sebaik-baiknya,
agar
jiwamu mencapai kemajuan evolusi yang diharapkan Tuhan.
[]