Memahami Al-Quran

dari dinding fb pak Al: Penjelasan yang puitis dan luar biasa dari Rumi, bahwa bukan nalar atau 'ilmu alat setumpuk yang dikuasailah' yang bisa membuat seseorang memahami Al-Quran beserta makna batinnya, tapi "kesucian hati" untuk membaca "kitab suci" (hanya kesucian yang mengenali kesucian lainya) serta pengajaran langsung dari Allah, itulah kunci untuk membuka kekayaan Al-Quran. Sebuah 'skak mat' dari Rumi bagi kalangan yang sering arogan dan membangga-banggakan ilmu hasil belajar secara nalar saja... 

*************************************

Ketika al-Qur'an diturunkan,
ramai kaum tak beriman mencemoohkan.

(Mereka mengatakan):
"Itu hanya kisah dan cerita masa lalu;
bukan penelitian yang baru,
bukan pemikiran yang canggih;

Bahkan anak kecil pun bisa memahaminya:
hanya tentang hal-hal yang diperintahkan
dan hal-hal yang dilarang.

Kisah tentang Yusuf--
tentang betapa tampannya dia,
kisah ayahnya Ya'qub,
Zulaikha dan gairahnya.

Naskah biasa saja,
semua orang dapat memahami maknanya:
tidak terdapat bagian yang membingungkan akal."

Dia berkata:
"Jika menurutmu mudah,
buatlah satu surat saja yang semisal [1]
dan semudah al-Qur'an ini.

Kerahkanlah jin, manusia dan cerdik-pandai
diantaramu, menandingi dengan satu ayat
yang semisal."

Ketahuilah, kalimah dalam al-Qur'an itu
memiliki pengertian literal
dan makna-dalam yang sangat agung.

Dan di balik makna-dalam itu,
terdapat lapisan makna ketiga
yang didalamnya semua kecerdasan hilang akal.

Tentang makna lapis ke empat dari al-Qur'an:
sama sekali tak ada yang dapat memahaminya,
kecuali Tuhan, yang bagi-Nya tak ada sekutu,
yang bagi-Nya tak ada suatu pembanding.

Karena itu anakku,
jangan membaca al-Qur'an
hanya demi makna luarnya belaka.

Azazil memandang sang Insan,
dan didapatinya dia tersusun
hanya dari tanah liat belaka.

Aspek luar al-Qur'an itu seperti jasmani insan:
ciri-cirinya tampak;
sementara jiwanya tersembunyi.

Boleh jadi kau tinggal bersama
sanak-saudaramu selama seratus tahun,
tapi tak setipis rambut pun mereka pernah
mengenal jiwamu.

Catatan:
[1] Qs Al Baqarah [2]: 23

Sumber:
Rumi: Matsnavi III: 4237 - 4249
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh mas Herman Soetomo.